redaksiutama.com – Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kawasan Pasifik Barat, Dr Takeshi Kasai, dinonaktifkan dari jabatannya untuk batasan waktu yang tidak ditentukan. Penonaktifan itu dilakukan setelah Kasai dituduh bersikap rasis, kasar dan tidak etis terhadap puluhan stafnya.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (31/8/2022), penonaktifan itu terjadi beberapa bulan setelah investigasi Associated Press mengungkapkan puluhan staf menuduh petinggi WHO itu bersikap rasis, kasar dan tidak etis, yang merusak upaya-upaya badan kesehatan dunia itu untuk menghentikan pandemi virus Corona (COVID-19) di kawasan Asia.
Informasi soal penonaktifan Kasai itu diketahui dari korespondensi internal WHO beberapa waktu terakhir, yang didapatkan oleh Associated Press.
Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberitahu pada staf di kawasan Pasifik Barat lewat email pada Jumat (26/8) waktu setempat, bahwa Kasai sedang ‘cuti’ tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Dalam emailnya, Tedros menyatakan Wakil Dirjen Dr Zsuzsanna Jakab akan tiba di Manila, lokasi kantor regional WHO, pada Selasa (30/8) waktu setempat, untuk ‘memastikan kelangsungan bisnis’.
Dua pejabat senior WHO yang enggan disebut identitasnya karena tidak bisa berbicara kepada pers, menyatakan Kasai ditempatkan dalam cuti administratif yang diperpanjang setelah para penyidik internal membuktikan beberapa aduan pelanggaran.
WHO dalam pernyataannya mengatakan tidak diketahui secara jelas soal berapa lama Kasai dinonaktifkan. Namun WHO menegaskan penyelidikan terhadap Kasai terus berlangsung.
Diyakini bahwa itu menjadi momen pertama bagi seorang direktur regional WHO untuk dibebastugaskan atau dinonaktifkan dari jabatan mereka. Kasai belum memberikan komentarnya, namun sebelumnya telah membantah dirinya menggunakan bahasa yang rasis atau bertindak tidak profesional.
Pada Januari lalu, Associated Press melaporkan lebih dari 30 staf yang tidak teridentifikasi mengirimkan pengaduan rahasia kepada kepemimpinan senior WHO dan anggota Dewan Eksekutif WHO, yang isinya menuduh Kasai menciptakan ‘atmosfer toxic’ di kantor-kantor WHO yang ada di kawasan Pasifik Barat.
Sejumlah dokumen dan rekaman menunjukkan Kasai melontarkan pernyataan bernada rasis kepada stafnya dan menyalahkan kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara Pasifik karena ‘kurangnya kapasitas mereka karena budaya, ras dan level sosial ekonomi yang inferior’.
Beberapa staf WHO yang bekerja di bawah Kasai mengatakan dia secara tidak pantas membagikan informasi sensitif soal vaksin Corona untuk membantu Jepang, negara asalnya, meraup poin politik melalui donasinya.
Beberapa hari usai laporan Associated Press dirilis, Tedros mengumumkan penyelidikan internal terhadap Kasai telah dimulai. Namun beberapa bulan kemudian, sejumlah staf WHO menuding Kasai memanipulasi penyelidikan internal itu.
Dalam surat yang dikirimkan kepada Dewan Eksekutif WHO pada April lalu, para staf melaporkan bahwa Kasai memerintahkan para manajer senior untuk menghancurkan dokumen yang memberatkan dan menginstruksikan staf IT untuk ‘memantau email semua anggota staf’.
Kasai merupakan seorang dokter Jepang yang memulai kariernya dalam sistem kesehatan masyarakat di negara asalnya, sebelum pindah ke WHO, di mana dia sudah bekerja selama lebih dari 15 tahun.