Viral Penyandang Disabilitas di Solo Diduga Ditolak Naik KRL

Merdeka.com – Sebuah video seorang penyandang disabilitas yang mengaku bernama Ilham, dilarang naik KRL, menjadi viral di media sosial. Di dalam video, berisi percakapan antara penyandang disabilitas yang menggunakan kursi beroda tiga dengan petugas stasiun Solo Balapan.

Video tersebut diunggah di akun instagram @mlampahsolo dengan komentar ‘Ada yang tahu regulasi KRL untuk teman-teman difabel?’. Video tersebut diambil dari VT NavRangga (londo_ireng) dan diunggah Selasa kemarin. Unggahan tersebut juga ditandai ke akun instagram @budikaryas @kemenhub151 @ganjar_pranowo @gibran_rakabuming, kai_121 dan @commuterline.

Pada percakapan yang menjurus perdebatan itu, Ilham menanyakan terkait larangan naik KRL. Pertanyaan itu dijawab petugas yang menyarankan agar Ilham naik transportasi lain, sesuai perintah dari atasan.

“Loh saya kan naik KRL enggak gratis. Saya bayar,” ujar Ilham.

“Iya, tapi peraturannya yang seperti itu,” jawab salah satu petugas.

“Saya enggak pernah dapat penolakan lho di mana-mana lho?,” tutur Ilham.

“Iya tapi kita diperintah dari atasan begitu kemarin,” balas petugas.

“Saya mau ngomong sama atasannya. Gimana? Saya butuh alasan yang logis kenapa saya enggak boleh masuk. Saya ini penyandang disabilitas,” kata Ilham lagi.

“Iya saya tahu. Iya saya cuma membawakan tugas dari atasan, iya bahwasannya kalau untuk sepeda roda tiga yang seperti ini disarankan untuk yang lain,” beber petugas memberikan alasan.

Perdebatan keduanya pun terus berlangsung dan tidak menemukan titik temu.

Pada akhir pernyataannya, Ilham mengaku ditolak untuk naik KRL dari Solo ke Yogyakarta dengan alasan kendaraan yang dipakai sebagai alat transportasi penunjang keterbatasan tidak diperbolehkan.

Sejumlah pejabat humas KCI KRL yang dihubungi merdeka.com melalui pesan WhatsApp, hingga Rabu siang belum memberikan respons. Demikian juga pejabat humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menyayangkan kejadian tersebut. Meski bukan ranah dan kewenangannya, namun ia berjanji untuk mengkomunikasikannya dengan pihak terkait.

“Haruse enggak popo, numpak BST enggak popo. Coba nanti saya cari harusnya boleh. Itu kan bukan ranah saya tapi coba saya komunikasikan,” katanya.

Gibran menegaskan, Kota Solo harus menjadi kota yang ramah, baik untuk disabilitas maupun wisatawan.

“Saya enggak tahu duduk permasalahannya seperti apa. Harusnya teman-teman disabilitas itu mulai diprioritaskan bukan disingkir-singkirkan,” pungkas dia.

[cob]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!