Startup Perlu Prioritaskan Model Bisnis

Dengan kondisi pasar yang terpengaruh oleh ekonomi makro global, yaitu inflasi tinggi di Amerika Serikat dan konflik Ukraina-Rusia di Eropa, berbagai perusahaan di Indonesia mengalami ketidakpastian rencana bisnis. Tidak hanya startup, perusahaan-perusahaan besar pun turut merasakan perubahan iklim ekonomi ini. Bahkan di Amerika Serikat, indeks saham Dow Jones yang terdiri dari 30 perusahaan blue-chip pun telah mengalami penurunan sebesar 15% year-to-date (YTD). Dolar pun tergerek naik terus.

“Banyak yang berpendapat bahwa iklim ekonomi saat ini kurang menguntungkan bagi startup. Namun, kami ingin menanamkan mindset pada para founder untuk terus menjaga visi jangka panjang. Ini adalah saat yang baik untuk merefleksikan pengembangan model bisnis dan mengerahkan sumber daya perusahaan dalam merancang inovasi produk yang berkelanjutan dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Koordinator Startup Digital Sonny Hendra Sudaryana belum lama ini.

Menurutnya, Kominfo akan selalu berkomitmen mendukung startup yang ingin menyelesaikan tantangan riil dalam masyarakat, yaitu dengan penentuan regulasi yang tepat, pelatihan talenta digital, pembentukan komunitas, serta pemberian akses terhadap jaringan ahli startup melalui program SSI ini.

“Menanggapi kondisi pasar saat ini, saya melihat ada 2 faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, apabila kita mempertimbangkan faktor eksternal, ekonomi dunia sedang mengantisipasi resesi yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan Perang Russia – Ukraina. Hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya menyebabkan disrupsi pada rantai pasokan secara global, regulasi startup di Cina yang diperketat, serta penjualan besar-besaran saham teknologi di Amerika Serikat,” tambah Italo Gani selaku Venture Partner, East Ventures.

Dia berpandangan, investor growth-stage jauh lebih berhati-hati dalam berinvestasi dengan valuasi tinggi. Kemudian terdapat pula faktor internal dari para startup itu sendiri, yakni selama dua tahun terakhir, akibat pandemi COVID-19, sejumlah startup teknologi terlalu percaya diri dan kurang bijaksana dalam mengatur pengeluaran. Asumsi sejumlah startup bahwa akselerasi digital akan berlangsung secara terus menerus kurang tepat. Secara singkat, terdapat kesenjangan antara ekspektasi dan realita yang terjadi di beberapa startup.

Benedicto Haryono, CEO dan Co-founder dari KoinWorks yang sekaligus merupakan Coach di Startup Studio Indoneaia (SSI) Batch 4 berpendapat bahwa dimasa-masa menantang ini, para pendiri tahap awal justru harus berfokus pada produk inti yang telah menghasilkan traction atau bahkan profit.

“Usahakan untuk mempertahankan laju pertumbuhan dengan runway selama 12-18 bulan ke depan, salah satunya dengan menggunakan jalur akuisisi pasar yang lebih terjangkau. Kami di Koinworks pun menerapkan strategi yang sama, yakni mengembangkan solusi inti yang sudah berkembang dan berpotensi profit, serta mengurangi inisiatif atau eksperimen baru untuk sementara,” saran Haryono.

Startup Studio Indonesia (SSI) bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) melakukan mendampingi dan membina para startup tahap awal (early-stage) selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF). Sejauh ini, SSI telah menuntaskan total 4 batch pelatihan, dengan total 65 alumni startup berprestasi. Sebagai catatan, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch 1-3 hingga Mei 2022 mencapai Rp332,1 miliar. Dari setiap batch sebelumnya, 30-40% alumni telah mendapatkan pendanaan tahap awal.

Sonny menegaskan untuk SSI Batch ke-5, pihaknya menargetkan lebih banyak peserta dan kualitas yang lebih baik lagi setelah melihat semakin banyak startup inovatif dengan potensi tinggi yang bermunculan dari berbagai daerah dengan inovasi di berbagai bidang, terutama sektor pemerintah dan pelayanan publik. “Menjalani tahap awal perintisan startup tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, di sinilah Kominfo berkomitmen untuk mendampingi dan memberdayakan startup dalam perjalanan mereka mencapai PMF,” kata Sonny.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

error: Content is protected !!
Exit mobile version