Rayakan Piodalan, Umat Hindu Asal Bali Ramaikan Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang

SURYA.CO.ID, LUMAJANG – Bali dan Lumajang memang dikenal memiliki kedekatan emosional, karena banyak sumber menyebutkan, kiblatnya umat Hindu Bali ada di Lumajang.

Tak pelak, saat hari raya Piodalan, ribuan umat Hindu asal Bali memadati Pura Mandara Giri Semeru Agung, di Desa/Kecamatan Senduro, Lumajang, Rabu (13/7/2022).

Yang unik dalam prosesi upacara ini, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati melakukan sembahyang di Pura Mandara Giri Semeru Agung.

Selain mengikuti prosesi sembahyang, pria yang karib disapa Cok Ace itu juga terlibat mengikuti prosesi upacara tersebut. Salah satunya menjadi penari Topeng Sidakarya.

Cok Ace mengatakan, Piodalan itu sendiri merupakan upacara tahunan yang diselenggarakan oleh umat Hindu untuk memperingati hari jadi tempat ibadah. Upacara Piodalan di Pura Mandara Giri Semeru dimulai pada tahun 1992. Yakni pada tahun pura ini didirikan.

Di tahun 2022, Piodalan di Pura Mandara Giri Semeru akan berlangsung selama 11 hari. Itu dimulai sejak Rabu (13/7/2022) ini, hingga Minggu (24/7/2022). Dalam rentan waktu itu, umat Hindu yang sebagian besar dari Bali akan silih berganti datang selama 24 jam untuk melakukan persembahyangan.

“Nanti juga ada upacara-upacara besar yang rutin kami lakukan setiap 5 tahun dan 10 tahun sekali. 10 tahun sekalinya akan dilaksanakan pada tahun 2024,” kata Cok Ace.

Informasinya, saat Piodalan berlangsung pada tahun 2024, ribuan umat Hindu dari segala penjuru nusantara akan memadati Pura Mandara Giri Semeru Agung. Prosesi Piodalan bisa berlangsung selama sebulan penuh. Karena Piodalan yang akan berlangsung pada dua tahun ke depan tergolong Piodalan besar.

“Kalau yang sekarang kami hanya pakai persembahan 1 ekor kerbau, tahun 2024 kami pakai persembahan 13 ekor kerbau,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Lumajang Dewa Putu Eka Darmawan mengatakan, selama Piodalan terselenggara pihaknya akan melakukan penjagaan keamanan di sekitar Pura Mandara Giri Semeru Agung dengan melibatkan sejumlah organisasi masyarakat. Salah satunya Banser. Diharapkan dengan begitu, Lumajang bisa menjadi daerah percontohan penerapan alkuturasi budaya di Indonesia.

“Yang paling penting tujuan dari pemerintah daerah dalam hal ini Pemkab Lumajang membentuk kabupaten moderasi beragama. Jadi cari Bali yang besar ya di Bali, tapi kalau di Lumajang semua lengkap. Semua agama di sini hidup rukun saling membantu satu sama lain,” pungkasnya.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!