Pengabdian Hafzah, Mahasiswa UNY yang Mengajar di Lereng Gunung Merapi

Jakarta:  Hafzah Irlin Zuchria, merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Angkatan 2019. Tahun 2022 ia berkesempatan mengabdi di Lerang Gunung Merapi melalui Program Kampus Mengajar Angkatan 3,
 
Kampus Mengajar merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membantu para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdampak pandemi di jenjang SD dan SMP. Melalui program ini, mahasiswa dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran literasi, numerasi, serta adaptasi teknologi di jenjang SD dan SMP.
 
Kampus Mengajar hadir dengan sejuta harapan dapat membawa dampak perubahan yang nyata bagi dunia pendidikan di Indonesia. Mahasiswa hadir sebagai partner guru dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Melalui program Kampus Mengajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, maka hard dan soft skills mahasiswa akan terbentuk dengan kuat. Hadirnya program Kampus Mengajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.
 
Hafzah pun memberanikan diri untuk mengambil kesempatan tersebut. “Saya mengikuti serangkaian seleksi dan dinyatakan lolos program Kampus Mengajar Angkatan 3 ini dan ditempatkan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Klaten daerah lereng Gunung Merapi yaitu SD Negeri 1 Tlogowatu,” kata Hafzah dilanisir dari laman UNY, Rabu, 20 Juli 2022.
 
SD Negeri 1 Tlogowatu terletak di Desa Sumberejo, Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah berjarak sekitar 30 kilometer dari tempat tinggal Hafzah. Pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 3 terdiri dari kegiatan persiapan yang dilakukan mulai dari pembekalan, penerjunan, observasi, dan perencanaan program.
 
Pembekalan dilakukan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing untuk memberikan pengetahuan minimal yang diperlukan dalam kegiatan asistensi mengajar di Sekolah Dasar. Penerjunan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten dan SD Negeri 1 Tlogowatu.
 
Observasi dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan lingkungan sekolah dan wawancara dengan salah satu guru di SD Negeri 1 Tlogowatu. “Setelah melakukan observasi, saya bersama teman-teman tim kampus mengajar SD Negeri 1 Tlogowatu menyusun rancangan program/kegiatan yang akan dilakukan selama penugasan,” terangnya.
 
Terdapat beberapa program/kegiatan yang telah dilakukan selama kurang lebih 4 bulan mengabdi di SD Negeri 1 Tlogowatu,  Dantaranya adalah membantu guru mengajar di kelas, bimbingan calistung, membuat media pembelajaran, membantu administrasi guru dan sekolah, membantu administrasi perpustakaan, membantu adaptasi teknologi, mengenalkan sex education, semarak ramadhan, dan mengadakan classmeeting (lomba-lomba).
 
Program/kegiatan utama yang dilakukannya selama mengabdi adalah membantu guru mengajar di kelas. “Saya dan teman-teman tim kampus mengajar SD Negeri 1 Tlogowatu masuk ke kelas untuk mengajar peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 5,” ujar Hafzah.
 
Menurut Hafzah, ini merupakan suatu pengalaman yang berharga baginya.  Sebab dapat mengajar peserta didik secara langsung dan menerapkan ilmu yang selama ini saya dapatkan selama perkuliahan terutama terkait dengan microteaching.
 
Selama proses pembelajaran di kelas, terdapat peserta didik yang masih belum lancar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi tersebut mendorong saya dan temanteman tim kampus mengajar untuk mengadakan program bimbingan calistung.
 
Bimbingan calistung dilaksanakan seminggu dua kali yaitu pada hari Senin dan Selasa dan diikuti oleh peserta didik dari kelas 1-4 yang belum lancar calistung. “Untuk mendukung program bimbingan calistung, saya dan teman-teman membuat media pembelajaran berbasis ecomedia berupa papan berhitung dan papan mengeja,” ujar Dia.
 
Papan berhitung adalah media pembelajaran yang dibuat dengan tujuan membantu peserta didik dalam belajar berhitung yang lebih menyenangkan. Media ini terbuat dari kertas, cup, serta stick es krim.
 
Sedangkan papan mengeja dibuat dengan tujuan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengeja dan membaca. Cara kerja media ini adalah peserta didik memilih satu gambar yang telah disediakan kemudian menyusun huruf abjad menjadi satu kata sesuai dengan gambar yang telah dipilihnya.
 
Program/kegiatan membantu administrasi di antaranya membantu menginput nilai peserta didik, membantu mengisi form pembuatan rekening PIP, membantu menyusun dokumen yang dibutuhkan guru dan sekolah, dan membantu administrasi perpustakaan. Perpustakaan SD Negeri 1 Tlogowatu sudah lama tidak digunakan sehingga kurang terawat dan administrasinya belum dikelola.
 
“Dengan melihat kondisi tersebut, saya dan teman-teman memutuskan untuk membersihkan dan mengecat perpustakaan agar lebih nyaman jika digunakan kembali. Selain itu juga mengelola administrasi perpustakaan seperti membuat kartu anggota perpustakaan, buku daftar kunjungan perpustakaan, dan buku daftar peminjaman buku, serta membantu monitoring buku perpustakaan,” bebernya.
 
Pada aspek adaptasi teknologi, ia dan teman-teman membantu guru yang masih mengalami kesulitan dalam pengoperasian Microsoft. Menurutnya, dunia pendidikan mengalami tantangan besar dengan adanya “tiga dosa besar” yang sering terjadi di dunia pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.
 
“Berlatar belakang hal tersebut, saya melaksanakan program yaitu mengenalkan sex education sebagai bentuk upaya dalam pencegahan satu diantara tiga dosa besar yaitu kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Saya mengenalkan pendidikan seks (sex education) dengan menggunakan lagu di kelas 1 dan 2,” kata Hafzah.
 
Tujuan dari program ini adalah mengenalkan pendidikan seks sejak dini kepada peserta didik agar lebih memahami bagian anggota tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Harapannya, dengan adanya program/kegiatan ini, anak akan lebih memahami mengenai pendidikan seks (sex education) sejak dini dan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan dapat dicegah.
 
“Saya merasa bersyukur dan bahagia pernah menjadi bagian dari program Kampus Mengajar dan diberi kesempatan untuk merasakan ‘rasanya menjadi guru’ selama 4 bulan. Banyak sekali pengalaman berharga dan manfaat yang saya dapatkan sebagai bekal bagi saya, mahasiswa kependidikan yang nantinya akan terjun di dunia pendidikan,” pungkasnya.
 

 

(CEU)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

error: Content is protected !!
Exit mobile version