Pelaku Bisnis Harus Makin Maksimalkan Potensi Teknologi

Merdeka.com – Sektor industri saat ini tengah mengalami era transformasi digital. Pandemi covid-19 menjadi momentum bersejarah terhadap percepatan adopsi teknologi digital dan otomasi secara masif seperti Internet of Things, artificial intelligence, dan machine learning. Dengan demikian, cara barang dan jasa diperoleh, diproduksi, dikirim, dan dikonsumsi semakin didorong oleh teknologi informasi.

Di sisi lain, di tengah adaptasi terhadap adopsi teknologi dan usaha mempertahankan kelangsungan bisnis pasca pandemi, menciptakan operasional yang sustainable untuk keberlangsungan bisnis adalah tujuan utama dunia industri.

“Namun pertanyaan yang kerap muncul adalah bagaimana caranya memaksimalkan potensi teknologi yang ada untuk mencapai tujuan akhir tersebut?” ujar Martin Setiawan Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, dalam keterangannya, Jumat (15/7).

Menurutnya, ada beberapa aspek yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dari ledakan digital ini untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pertama soal Industrial Software dan Cybersecurity. Martin mengatakan, pelaku bisnis perlu mempertimbangkan komitmen dan rekam jejak mitra digitalnya terkait pengembangan produk berorientasi pada cybersecurity.

“Di Schneider Electric, kami memberdayakan manusianya, memperkuat proses, dan memperkuat teknologi untuk mendeteksi, mencegah, dan meminimalisir terjadinya serangan siber untuk meningkatkan kepercayaan pada sistem operasional,” kata dia.

Kemudian yang kedua adalah industrial sustainability. Sustainability memaksa organisasi untuk semakin lebih gesit dan inovatif. Sustainability di sektor industri memiliki arti: optimalisasi efisiensi operasional, pengelolaan energi yang cerdas, dan hampir tanpa limbah (zero waste).

“Untuk mencapai sustainability dibutuhkan interaksi perangkat lunak, teknologi otomasi, dan pengelolaan energi,” jelasnya.

“Lalu universal automation. Teknologi otomasi industri yang tertutup dan eksklusif sesungguhnya menghalangi kita memaksimalkan potensi besar dari Revolusi Industri Keempat. Otomatisasi universal (universal automation), di sisi lain, memiliki prinsip “plug and play” berstandarisasi IEC61499 yang memungkinkan perangkat dan teknologi otomasi terlepas apapun mereknya saling berkomunikasi dan berkolaborasi,” tambah dia.

Setelah itu ada pemberdayaan SDM digital. Kata dia, digitalisasi sebenarnya akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan peluang bagi talenta industri yang kurang dimanfaatkan. Tidak hanya itu digitalisasi operasional dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman, aman dan produktif bagi para staf.

Kelima ada Ekosistem mitra dan layanan yang kolaboratif. Dibutuhkan ekosistem kemitraan yang terbuka dan kolaboratif yang mencakup perusahaan rintisan, mitra teknologi, distributor, dan integrator sistem dan mesin – untuk mendorong inovasi bersama.

“Di Schneider Electric, kami membangun ekosistem kemitraan dikenal dengan Schneider Electric Exchange, yang menyediakan marketplace digital di mana para mitra kami dapat memanfaatkan inovasi IoT yang kompatibel dengan EcoStruxure untuk otomatisasi dan manajemen energi,” jelasnya.

Terakhir adalah, digitalisasi rantai pasokan. Digitalisasi keseluruhan rantai pasokan membantu pelaku industri mengevaluasi dan melakukan penilaian secara obyektif berbasis data terkait kinerja dan praktek sustainability yang diterapkan para pemasoknya.

[faz]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!