“Pertemuan antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Perindustrian ini membahas isu-isu strategis hasil komunikasi kami berdua agar program-program kerja antara kedua kementerian ini bisa sinkron sehingga dapat memberikan dampak yang besar bagi pembangunan negeri,” ujar Arifin dikutip dari laman Kementerian ESDM, Selasa, 5 Juli 2022.
Arifin menyebutkan, situasi energi saat ini dipengaruhi oleh beberapa isu utama, seperti transisi energi dan adanya program-program untuk menuju net zero emission antara lain pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan tuntutan dekarbonisasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tantangan kedua adalah pandemi covid-19 dan ketersediaan energi yang harus dijaga, serta perang antara Rusia dan Ukraina yang mungkin berlangsung berkepanjangan yang menyebabkan melonjaknya harga energi, karena itu diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.
“Perlu adanya strategi mengatasi krisis energi dengan memanfaatkan energi seefisien mungkin, melihat alternatif-alternatif sumber energi untuk memberikan kontribusi bagi negara untuk mengatasi krisis ini,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan isu-isu energi yang perlu mendapat dukungan dari Kemenperin, di antaranya pelaksanaan efisiensi energi, pengendalian konsumsi BBM dan LPG PSO, percepatan pengembangan EBT, percepatan industri hilirisasi minerba, penerapan standar SNI pelumas, pemanfaatan gas untuk industri, serta evaluasi penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Selain itu kebijakan sinergi lainnya, seperti harga gas bumi tertentu untuk industri yang telah dilakukan dengan baik hingga saat ini, sangat terasa manfaatnya, utamanya saat harga gas di pasaran saat ini bisa mencapai sekitar USD20 per MMBTU di Eropa.
“Kami harapkan sektor industri dapat memanfaatkan fasilitas harga gas khusus tersebut dengan pertimbangan krisis akibat perang diperkirakan masih berlaku selama satu hingga dua tahun. Ini merupakan kesempatan bagi industri untuk meningkatkan output dan ekspansi, sehingga memperoleh economy capacity untuk bersaing di pasar internasional,” imbaunya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita juga menyampaikan kinerja sektor industri yang hingga saat ini masih menjadi penggerak utama perekonomian nasional. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas pada kuartal I-2022 sebesar 5,47 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen, ditopang oleh sektor industri alat angkutan, industri tekstil dan pakaian jadi, dan industri mesin dan perlengkapan.
“Untuk mempertahankan kinerja sektor industri, diperlukan upaya strategis dalam menjaga ketersediaan dan pasokan energi, terlebih mengingat sektor industri menyerap hingga 40 persen dari total kebutuhan energi nasional, terbesar kedua setelah sektor transportasi,” pungkas Agus.
(HUS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.