L’Oréal Indonesia, Membangun Model Bisnis Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

Melani Masriel (kanan atas), Direktur Communication, Public Affairs, and Sustainability PT L’Oréal Indonesia, dan TIM.

Banyak perusahaan, baik di Indonesia maupun di dunia, yang saat ini tengah mengadopsi dan mengimplementasikan prinsip sustainability dalam aktivitas operasional dan proses pengambilan keputusan bisnis mereka. Sustainability sudah menjadi urgency dan komitmen global untuk memastikan kelangsungan hidup dan kualitas hidup saat ini dan di masa depan.

Salah satunya, L’Oréal Indonesia. Melani Masriel, Direktur Communication, Public Affairs, and Sustainability PT L’Oréal Indonesia, menegaskan dalam presentasi bertajuk “L’Oréal for The Future” di ajang Indonesia Green and Sustainable Company Award 2022 yang diselenggarakan Majalah SWA, bahwa L’Oréal Indonesia tetap committed dengan tujuan awal perusahaan ini berdiri. “Perusahaan kami adalah perusahaan dengan purpose to ‘Create Beauty That Move The World’,” ungkap Melani.

Hal itu yang mendorong perusahaan terus tumbuh dan menjadi nomor satu di dunia sejak didirikan pada 1909. “We are the pure player di industri kecantikan. Fokus kami memang hanya di beauty industry,” ujarnya. Ia percaya betapapun L’Oréal tetap bisa memberikan dampak besar dan nyata bagi dunia.

Termasuk di Indonesia, bukti komitmen L’Oréal untuk masa depan di negeri ini diwujudkan dengan terus mengembangkan diri sejak hadir tahun 1979. Perusahaan ini membangun pabrik terbesar di dunia, di kawasan Jababeka, Karawang.

L’Oréal juga membangun R&D satelit di Indonesia yang lengkap dan modern. Di Indonesia dibangun pula L’Oréal Academy untuk mengedukasi mitra salon, dan menyiapkan program-program khusus yang berhubungan dengan L’Oréal for The Future. Dengan memiliki 17 merek di bawah naungannya dan menjadi nomor satu di pasar profesional dan luxury beauty and hair care ⸺bahkan Garnier merupakan merek skincare nomor satu di Indonesia⸺ L’Oréal telah menunjukkan upaya kerasnya.

Terkait dukungan terhadap program keberlanjutan dan lingkungan (sustainability and environment) L’Oréal, hal itu telah dilakukan sejak pertama eksis di Indonesia. Tahun 1979, L’Oréal sudah berhenti menggunakan hewan sebagai objek uji coba formula produk (animal testing) dan menggantinya dengan metode reconstructed-skin. “Kami juga yang pertama punya alat riset yang berfokus pada sustainability pertama di industri kecantikan,” ungkap Melanie.

Sejak 20 tahun lalu, pihaknya melakukan audit sosial. “Kami punya program komitmen keberlanjutan sharing beauty with all sejak tahun 2010, yang kemudian diperbarui dengan program L’Oréal for The Future sejak Juni 2020,”  kata Melani bersemangat.

L’Oréal for the Future adalah komitmen L’oréal untuk membangun model bisnis yang lebih ramah lingkungan, mentransformasi aktivitas untuk menghormati batasan planet, serta berkontribusi menyelesaikan berbagai tantangan sosial dan lingkungan.

Melani menjelaskan, ada tiga pilar utama komitmen ini. Pertama, mentransformasi bisnis untuk menghargai batasan planet, menerapkan program transformasi internal baru, dengan langkah-langkah yang terukur, untuk membatasi dampak perusahaan pada iklim, air, keanekaragaman hayati, dan sumber daya alam.

Kedua, memberdayakan pihak-pihak yang ada dalam ekosistem bisnis, membantu mereka melakukan transisi ke dunia yang lebih berkelanjutan. Ketiga, membantu mengatasi tantangan dunia, dengan mendukung kebutuhan dari langkah-langkah pemecahan masalah sosial dan lingkungan yang mendesak.

Menurut Melani, ada empat syarat utama yang diwajibkan L’Oréal dalam pengembangan produk agar berbasis keberlanjutan dan lingkungan. Pertama, memastikan produk harus ikut berkontribusi mengurangi dampak climate change. Kedua, bagaimana penggunaan air bisa menghormati prinsip-prinsip keberlanjutan. Ketiga, resources yang digunakan ⸺misalnya kemasan⸺ dan resources lainnya dipastikan juga harus lebih sustainable. Terakhir, keempat, terkait biodiversity atau keanekaragaman hayati.

L’Oréal menyadari upaya mendukung sustainability itu tidak bisa dilakukannya sendiri. Maka, programnya adalah bersama-sama seluruh masyarakat memengaruhi ekosistem di sekitar, para pemangku kepentingan  ⸺mulai dari konsumen, mitra usaha, hingga masyarakat sekeliling⸺ agar mengadopsi gaya hidup hijau. Sehingga, nilai-nilai positif ini akan berimbas kepada masyarakat yang lebih luas lagi.

Menurut Melani, dalam hal ini L’Oréal terus berusaha untuk berkontribusi mengatasi berbagai persoalan dunia. Terutama, masalah laten yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan sosial.

“Dana yang kami alokasikan cukup besar, totalnya 150 juta euro di seluruh dunia bagi NGO di belahan dunia mana pun yang bisa mendapatkan pendanaan tersebut,” ungkapnya. Ia menyebutkan, ada tiga program prioritas, yaitu Regenarated Nature, Vulnerable Women, dan Cyrcle Economy.

Agar seluruh program keberlanjutan dan lingkungan berjalan baik dan melalui kendali optimal, L’Oréal telah menyiapkan roadmap yang dibuat secara rigid, baik secara global maupun okal; dan didukung langsung oleh Presdir L’Oréal. Dengan demikian, setiap program akan terdeteksi dengan baik, termasuk poin-poin yang berhasil dicapai dan yang menghadapi kendala di lapangan.

“Kami lihat targetnya on daily basis, agar kami bisa lihat pergerakannya dan tetap relate dengan perusahaan kami,” Melani menjelaskan. Peta jalan tersebut berbasis angka, sehingga memudahkan untuk menempatkan “traffic light” perkembangan di setiap kegiatan. “Kami sangat transparan dalam program ini, karena kami percaya transparansi dalam setiap aspek operasional perusahaan sangat dibutuhkan,” katanya tandas.

Sejauh ini program utama yang terkait dengan lingkungan dan sosial yang sudah berjalan antara lain pengurangan intensitas CO2 dari mobil kantor dan kendaraan yang mengangkut/distribusi produk L’Oréal. Perusahaan berusaha memastikan bagaimana CO2 di pabrik Cikarang itu juga berkurang signifikan, bahkan dalam proses menuju carbon netral. Hal ini tidak hanya diberlakukan di pabrik, melainkan juga untuk kantor pusat, kantor distribusi, dan gerai, semua bergerak ke arah fasilitas yang sustainable.

Pengurangan sampah pun menjadi salah satu program lingkungan yang digalakkan, selain pengurangan penggunaan air, pengurangan plastik, dan pengurangan material point of sales (POS) atau transformasi dari POS. Untuk yang terakhir ini, L’Oréal secara khusus sudah mulai mengubah material POS, yang awalnya menggunakan akrilik menjadi bahan karbon yang lebih sustainable.

“Kami sudah desain sedemikian rupa sehingga bisa diangkut dan bongkar-pasang. Sehingga kalau ada materi kampanye produk baru, itu tinggal dilepas atau dibongkar, dan dipasang ulang materi yang baru,” Melani menjelaskan.

Kini, L’Oréal juga memastikan telah mulai merevolusi formula pemasaran produknya bekerjasama dengan mitra e-commerce. Sekarang, penjualan produk-produk L’Oréal mulai banyak pindah ke e-commerce. Sekarang pun L’Oréal sudah menggunakan green formula materials, sustainable packaging dan green parcel: parsel/paket yang diterima konsumen (yang belanja lewat e-commerce) bungkusnya tidak lagi plastik (bubble wrap), tapi diganti dengan kertas bekas.

Intinya, L’Oréal berusaha selalu patuh terhadap aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bahkan, komitmen L’Oréal diletakkan jauh lebih ambisius daripada yang ditargetkan pemerintah. Mengapa?

Karena, komitmen L’Oréal menuju tahun 2030 yang menandai awal transformasi yang lebih baik bukan perkara mudah. Dibutuhkan konsistensi dan disiplin tinggi agar rencana L’Oréal untuk menjadikan kecantikan sebagai sarana menyebarluaskan kebaikan dan manfaat positif kepada komunitas serta lingkungan tercapai. “Dan, diperlukan terobosan besar untuk meningkatkan standar berkelanjutan di berbagai rantai usaha dan aktivitas perusahaan,” ujar Melani. (*)

Dyah Hasto Palupi dan Arie Liliyah

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

error: Content is protected !!
Exit mobile version