Ini Kunci Kemajuan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia

Jakarta: Salah satu keunggulan produk mebel dan kerajinan Indonesia adalah keunikan desain yang merupakan hasil tangan para pengrajin. Untuk itu, ketersediaan sumber daya manusia menjadi salah satu perhatian para pelaku industri mebel dan kerajinan Indonesia, khususnya para pengrajin kayu. Saat ini, tenaga terampil dengan keahlian khusus masih sangat terbatas.
 
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan tenaga kerja terampil adalah aset yang harus dipertahankan oleh pengusaha furnitur.
 
Buyers luar negeri datang ke pameran IFEX untuk melihat produk unik, inovatif, dan kreatif hasil kreasi tangan-tangan terampil pengrajin kita. Mereka adalah artis yang menciptakan karya-karya terbaik melalui proses pemikiran kreatif,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin, 22 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Untuk memastikan industri furnitur tetap memiliki sumber daya terampil, HIMKI berupaya melakukan berbagai langkah pembinaan dan pengembangan SDM. Salah satu langkah yang akan dilakukan melalui pameran IFEX adalah pemberian award atau apresiasi kepada para pengrajin. IFEX Award adalah program rutin yang dilakukan sebagai apresiasi kepada para peserta pameran IFEX.
 

“Selain kepada para peserta pameran, tahun depan rencananya kami juga akan memberikan apreasiasi kepada para pengrajin yang menjadi aset penting industri furnitur. Kami berharap pemberian apresiasi ini bisa merangsang para pengrajin untuk terus berkarya dan bisa memunculkan bibit pengrajin baru,” ujar Sobur.
 
Hal ini diamini oleh salah satu exhibitor IFEX, Erlina Darmi, yang menyatakan pemerintah perlu memberi perhatian kepada para pekerja industri furnitur. Menurutnya, di Italia sudah banyak tenaga terampil industri furnitur yang digantikan oleh mesin atau teknologi. Bila hal ini terjadi di Indonesia, bisa merugikan industri furnitur. Erlina Darmi melalui brand CB Design merupakan salah satu pemenang IFEX Award 2022 kategori “Small Booth“.
 
“Pemanfaatan teknologi sebaiknya dilakukan untuk mendukung proses produksi atau finishing dan bukan untuk menggantikan tenaga manusia. Keterampilan tangan pengrajin merupakan sesuatu yang tidak bisa diganti dan menjadi nilai tambah produk furnitur kita,” ujar Abdul Sobur.
 
Hal ini juga menjadi perhatian Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Agus menyatakan, berdasarkan aspirasi dari HIMKI, Kementerian menyerap beberapa pokok isu pokok yang dihadapi oleh industri furnitur dan kerajinan dalam negeri yang salah satunya terkait teknologi dan SDM.
 
Untuk menyiapkan tenaga terampil di bidang furnitur, pemerintah telah membuka politeknik furnitur di Kendal, Jawa Tengah. “Kurikulum di politeknik Kemenperin bersifat dinamis, disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Karena itu, kami membuka ruang kerja sama dengan HIMKI dalam penyusunan kurikulum agar lulusan politeknik kami benar-benar memenuhi kebutuhan pasar kerja,” ujarnya.
 

(AHL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!