Ilmuwan AS Bantah Temuan Manusia Paling Awal Bisa Berjalan Tegak

Merdeka.com – Penelitian tulang dari fosil Sahelanthropus tchadensis yang berusia 7 juta tahun oleh ilmuwan Prancis menunjukkan nenek moyang manusia mungkin sudah dapat berjalan dengan dua kaki atau berjalan tegak namun tetap memanjat pohon seperti kera.

Awalnya ilmuwan meyakini penemuan tulang yang digali 21 tahun lalu di padang gurun Chad, Afrika Tengah itu akan membawa perubahan besar. Tulang itu diyakini mampu mendorong kembali garis leluhur hominid (manusia atau kerabat yang lebih dekat dari pada simpanse) hingga sejuta tahun kebelakang.

Namun tidak seluruh ilmuwan meyakini temuan peneliti Universitas Poitiers Prancis itu, termasuk ilmuwan dari Amerika Serikat (AS).

Profesor Bernard Wood dari Universitas George Washington AS, yang pernah menerbitkan penelitian bahwa spesies Sahelanthropus itu tidak bipedal mengungkapkan “fosil yang sangat penting ini layak mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada yang diberikan makalah jelek ini.”

“Studi ini mengambil bukti, mengabaikan studi terbaru yang menunjukkan kesimpulan berbeda dari yang penulis coba pertahankan, dan gagal untuk mengeksplorasi interpretasi fungsional lainnya yang setara, jika tidak lebih mungkin, dari fosil-fosil ini,” jelasnya, dikutip dari The Guardian, Jumat (26/8).

Dia mengatakan, ketiga tulang yang diteliti ilmuwan Prancis itu lebih mirip simpanse daripada kera besar, termasuk manusia modern.

“Itu tidak berarti Sahelanthropus adalah seekor simpanse, tetapi kemungkinan terkait erat dengan simpanse, dan gaya hidupnya mirip simpanse. Itu bukan kera tegak yang hidup di tanah dari jenis yang mungkin merupakan nenek moyang kita yang paling awal,” paparnya.

Ilmuwan lain yang menunjukkan ketidaksetujuan dan keberatan atas studi itu menimbulkan perdebatan atas bidang tersebut yang mana dapat mendorong temuan-temuan baru.

Tim ilmuwan asal Prancis sangat meyakini bahwa spesies Sahelanthropus adalah benar bipedal (makhluk yang bergerak dengan dua tungkai belakang atau kaki).

Untuk mencari tahu apakah spesies itu menggunakan dua kaki untuk berjalan atau tidak, tim ilmuwan Prancis meneliti tulang paha, dua tulang lengan bawah, dan 23 fitur tulang lainnya. Hasil penelitian itu menunjukkan spesies Sahelanthropus berjalan dengan kedua kakinya sehingga menjadikan spesies itu lebih dekat kepada spesies manusia dibandingkan kera.

“Kita dapat menyimpulkan dari bukti bahwa spesies ini memiliki kebiasaan bipedalisme (berjalan dua kaki), ditambah arborealisme kaki empat (berhubung dengan pohon), yang diamati pada hominid awal (manusia atau kerabat yang lebih dekat dari pada simpanse) dan kemudian secara bertahap berubah menjadi bipedalisme pada Homo (manusia),” jelas Jean Renaud Boisserie, salah satu penulis penelitian dari Universitas Poitiers.

“Apa yang kami tunjukkan adalah pola morfologi tulang paha (spesies itu) lebih mirip dengan yang kita ketahui pada manusia, termasuk fosil manusia, daripada pada kera,” kata peneliti lainnya, Franck Guy.

Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan [pan]

Baca juga:
Fosil Ikan Predator dengan Mata Terbelalak & Mulut Menganga Zaman Jurassic Ditemukan
Ilmuwan Inggris Scan Kepala Mumi Berusia 2.000 Tahun untuk Temukan Asal Usulnya
Penelitian: Penguin Kehilangan Kemampuan Terbang Sejak 60 Juta Tahun Lalu
Spesies Baru Dinosaurus Berlengan Pendek Mirip T.rex Ditemukan di Argentina


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!