BaliMakãrya Film Festival akan kembali digelar tahun ini dengan memperluas jangkauannya mencakup kawasan Asia Tenggara. Sebelumnya, penyelenggaraan di tahun 2021, terbatas secara nasional berupa kompetisi film pendek fiksi dan dokumenter.
Dewan pengarah sekaligus pendiri dan penggagas BaliMakãrya Film Festival, Tommy F Awuy, dalam jumpa pers di Kuta, Rabu (27/7) berharap event yang terdiri dari rangkaian kegiatan berupa kolaborasi seni dalam lima bidang utama antara lain; film, musik, sastra, teater, dan keunikan nilai-nilai budaya sebagaimana lima fenomena unsur alam semesta yang berkaitan langsung dengan lima jari manusia pada tangan dan kaki ini dapat mengembangkan apresiasi dan melahirkan profesional-profesional di bidang film dan juga pertukaran budaya dengan negara-negara lain dan berjejaring secara profesional.
“BaliMakãrya juga ingin menjadikan Bali sebagai sentra (hub) atau kiblat yang ideal untuk festival-festival film terpenting khususnya di Asia Tenggara.” Direktur Perfilman, Musik, dan Media (Direktur PMM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Ahmad Mahendra, menyatakan Kemendikbudristek berkomitmen untuk terus mendukung berbagai festival yang diinisiasi komunitas sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa.
“Peran film penting sebagai media hiburan, penggerak ekonomi, pariwisata, dan juga sebagai media untuk mensosialisasikan isu-isu kehidupan sosial, sehingga terbukanya dialog di antar masyakarat melalui bahasa audiovisual,” ujar Ahmad Mahendra.
BaliMakãrya yang selama dua tahun ini menurut Mahendra telah berhasil menggeliatkan kembali sineas Indonesia agar terus meningkatkan kualitas sehingga mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional tapi juga internasional.
BaliMakãrya Film Festival 2022 akan diawali dengan acara malam pembukaan berupa pemutaran film di XXI Beach Walk Kuta Badung, tanggal 16 Oktober 2022 dan malam penghargaan tanggal 21 Oktober 2022.
Direktur Program John Badalu menjelaskan, ada beberapa program pada BaliMakãrya Film Festival 2022, antara lain, South-East Asia Main Competition yang merupakan sebuah kompetisi untuk film-film terbaik dari Asia Tenggara yang akan menjadi arena prestisius untuk penghargaan ke pekerja film di Asia Tenggara.
Ada juga South-East Asia Documentary Competition yang akan menampilkan lima film terpilih di kawasan ini yang membawa isu-isu regional penting untuk membuka dialog. Short Film Screening akan menampilkan visi yang kuat dari pembuat film baru dari Asia Tenggara. Sedangkan program Cinema by the Sea atau Sunset Cinema merupakan pemutaran film layar tancap di tepi pantai selama festival film berlangsung.
Yang tak kalah menarik adalah program Beyond Cinema yang diampu Hikmat Darmawan, akan diisi dengan kegiatan pameran bertajuk Imagi (Native) Coonection: South East Asian Visual Culture. Koneksi budaya itu antar lan dalam sinema, komik, ilustrasi, grafis, dan seni visual tradisional jejak prasasti Yeh Pulu, prasi lontar, pahatan dan lain-lain. Selain itu juga akan diselenggarakan diskusi, yang bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara yang bertajuk Roundtable/academic panel: Fan Culture Studies in SEA.
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.