Pelaku Usaha Harus Beradaptasi dengan Digitalisasi dan Berkomitmen Menekan Emisi Karbon

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Digitalisasi saat ini dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk berbagai sektor industri. Pandemi Covid-19 menjadi momentum percepatan adopsi teknologi digital.

Mulai dari cara memperoleh barang, memproduksi, pengiriman dan konsumsi. Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Martin Setiawan mengungkapkan pelaku bisnis harus mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Selain itu, lanjut dia, pelaku bisnis juga harus mengimbangi dengan menekan emisi karbon. Karena itu perlu diciptakan operasional yang berkelanjutan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, harus menjalankan otomatisasi untuk menurunkan biaya operasional sampai efisiensi.

Baca juga: Transformasi Digital Ala Pemerintah Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi

“Akan makin banyak mesin yang fokus pada software centric untuk operasional dan layanan jarak jauh dan untuk meningkatkan kinerja,” ujar Martin dalam keterangannya, Kamis (14/7/2022).

Sustainability memaksa organisasi untuk semakin lebih gesit dan inovatif. Sustainability di sektor industri memiliki arti optimalisasi efisiensi operasional, pengelolaan energi yang cerdas, dan hampir tanpa limbah (zero waste).

Untuk mencapai sustainability dibutuhkan interaksi perangkat lunak, teknologi otomasi, dan pengelolaan energi. Martin menyebut di Schneider Electric, memiliki rekam jejak yang panjang dalam hal sustainability sejak 2005 dan telah mendapatkan pengakuan sebagai the world’s most sustainable corporation 2021 menurut Corporate Knights.

“Kami memiliki ambisi untuk dapat mencapai emisi nol bersih pada 2030. Selama 15 tahun terakhir, solusi kami telah membantu customer kami mengurangi 120 juta ton emisi karbon,” katanya.

Tidak hanya itu, menurut Martin, solusi EcoStruxure telah terbukti mampu mengurangi 20 persen CapEX dan mengurangi downtime sebesar 15 % .

“Pada akhirnya, akan meningkatkan daya saing bisnisnya di industri,” tuturnya.

Baca juga: Menkeu: APBN Kita Rp 3.000 Triliun, Biaya Turunkan Emisi Karbon Rp 3.500 Triliun

Terlepas dari ketakutan yang besar bahwa teknologi suatu hari nanti akan menggantikan pekerjaan sebagian orang, lanjut Martin, digitalisasi sebenarnya akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan peluang bagi talenta industri.

Tidak hanya itu digitalisasi operasional dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman, aman dan produktif bagi para staf.  Menurut Martin tidak ada yang bisa mengelola dunia digital sendirian.

Dibutuhkan ekosistem kemitraan yang terbuka dan kolaboratif yang mencakup perusahaan rintisan, mitra teknologi, distributor, dan integrator sistem dan mesin – untuk mendorong inovasi bersama.

“Di Schneider Electric, kami membangun ekosistem kemitraan dikenal dengan Schneider Electric Exchange, yang menyediakan marketplace digital di mana para mitra kami dapat memanfaatkan inovasi IoT yang kompatibel dengan EcoStruxure untuk otomatisasi dan manajemen energi,” ujarnya.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

error: Content is protected !!
Exit mobile version