Menkeu Janet Yellen: Ekonomi AS Melambat, Resesi Tidak Terhindarkan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan, pertumbuhan ekonomi AS melambat dan mengakui risiko resesi tidak dapat dihindari.

Ketika berbicara di acara “Meet the Press” NBC, Yellen menjelaskan, jumlah perekrutan tenaga kerja yang kuat dan belanja konsumen menunjukkan ekonomi AS saat ini tidak dalam resesi.

Dikutip dari Reuters, Senin (25/7/2022) perekrutan tenaga kerja di AS tetap kuat pada bulan Juni, dengan 372.000 pekerjaan diciptakan dan tingkat pengangguran bertahan di kisaran 3,6 persen.

“Ini bukan ekonomi yang sedang dalam resesi, Tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan melambat dan itu perlu dan tepat.” kata Yellen.

Namun, data pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja melemah dengan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan.

Baca juga: Menkeu Janet Yellen Peringatkan Tingginya Inflasi AS

Yellen mengatakan inflasi “terlalu tinggi” dan kenaikan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini membantu membawa harga yang melonjak kembali normal.

Menurut Yellen, pemerintahan Biden yang sudah berusaha menjual minyak dari Cadangan Minyak Strategis, telah membantu menurunkan harga gas.

“Kami telah melihat harga gas hanya dalam beberapa pekan terakhir turun sekitar 50 sen (satu galon) dan seharusnya ada lebih banyak lagi dalam pipa,” katanya.

Baca juga: Menkeu AS Janet Yellen Sebut Utang China Jadi Penyebab Kebangkrutan Sri Lanka

Yellen, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Federal Reserve, berharap The Fed dapat cukup mendinginkan ekonomi untuk menurunkan harga, tanpa memicu penurunan ekonomi yang luas.

“Saya tidak mengatakan bahwa kita pasti akan menghindari resesi. Tapi saya pikir ada jalan yang membuat pasar tenaga kerja tetap kuat dan menurunkan inflasi.” ungkap Yellen.

Produk domestik bruto AS sebagai ukuran kesehatan ekonomi yang luas, menyusut pada tingkat tahunan sebesar 1,6 persen pada kuartal pertama, dan sebuah laporan pada hari Kamis (21/7) diperkirakan menunjukkan kenaikan hanya 0,4 persen pada kuartal kedua.

Baca juga: AS Minta Rusia Dikeluarkan dari G20, Janet Yellen Ancam Boikot Pertemuan di RI Bila Putin Datang

Yellen bahkan mengatakan, jika angka kuartal kedua negatif, itu tidak akan menandakan bahwa resesi telah terjadi, mengingat kekuatan di pasar kerja dan permintaan yang kuat.

“Resesi adalah kelemahan ekonomi yang luas. Kami tidak melihatnya sekarang,” pungkasnya.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!