redaksiutama.com – Jakarta Kelompok bisnis keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kalla Group menginjak usia 70 tahun. Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) disebut jadi satu prioritas yang akan diambil kedepannya.
President Director Kalla Group Solihin Jusuf Kalla menyebut bauran EBT ditarget mencapai 23 persen di 2024. Sementara, pada 2020 lalu, bauran EBT belum sampai setengahnya dari target itu. Kalla Group, melihat peluang tersebut.
Enam+
Solihin mengatakan, Kalla Group memiliki komitmen dalam pemenuhan Net Zero Emission pada 2060. Dukungan terhadap visi green energy telah direalisasikan melalui anak perusahaan, yakni PT Poso Energy dan PT Malea Energy.
“Kami mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy, agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon, untuk bumi yang lebih baik,” ujarnya dalam Peringatan 70 Tahun Kalla Group, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, ditulis Sabtu (29/10/2022).
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan energi baru terbarukan. Transisi energi menjadi salah satu dari tiga topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini, dan menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.
Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pembangkit listrik berbahan bakar batu bara masih mendominasi dari total kapasitas nasional, yaitu sebesar 50 persen. Pembangkit listrik berbahan bakar gas sekitar 28 persen. Sementara itu, bauran energi baru terbarukan pada tahun 2021 sebesar 11,7 persen.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri mewujudkan green energy. Upaya ini membutuhkan kerjasama banyak pihak, termasuk swasta yang bergerak di sektor energi.
“Melalui PT Poso Energy, Kalla membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah, dan telah menghasilkan listrik sejak tahun 2012. PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 MW,” jelasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PLTA Poso
PLTA Poso memanfaatkan energi dari aliran air Danau Poso. Pembangkit listrik ini terhubung ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan saluran transmisi 275 kV, dan tersambung ke Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan saluran transmisi 150 kV.PLTA Poso telah menyumbang sekitar 10,69 persen dari total bauran energi baru dan terbarukan ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
“PT Malea Energy juga mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA Malea telah beroperasi sejak tahun 2021 dengan kapasitas 90 MW. Pengoperasian PLTA Poso dan PLTA Malea telah meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8 persen,” paparnya.
Saat ini, Kalla sedang mengembangkan beberapa PLTA di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas 1.230 MW. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah, serta PLTA Kerinci Merangin.
Enam+
Transformasi Bisnis
Solihin menjelaskan, memasuki usia ke-70, Kalla mengambil pelajaran kalau dunia usaha harus siap melakukan tranformasi bisnis dan budaya. Hal ini bisa dimulai dari pengembangan sumber daya manusia, inovasi bisnis, yang diimbangi dengan pendekatan sosial-budaya.
“Kami berfikir keras untuk beralih dari bisnis sebelumnya ke bisnis teknologi yang eksistensinya bisa bertahan hinga 100 tahun ke depan. Pada saat itulah kami memilih untuk mengembangkan PLTA dan memulai bisnis di bidang energi,” ungkapnya.
Sejak 2018, roda kepemimpinan KALLA telah beralih ke generasi ketiga, yang kini dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla. Dirunut sejarahnya, KALLA didirikan dan dipimpin oleh Hadji Kalla (1952-1967). Pada tahun 1967 kepemimpinan perusahaan beralih ke H.M Jusuf Kalla hingga 1999. Kemudian tahun 1999 perusahaan dipimpin oleh Fatimah Kalla sampai 2018.
“Kontribusi Kalla menjangkau berbagai sektor mulai dari bidang perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi hingga pendidikan. Sektor-sektor tersebut telah menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini,” papar Solihin.
Enam+