Kalah-Menang Biasa, Yang Penting Bertemu Idola

RISKI Ajli Habibi tak pernah menyangka, olahraga yang ditekuninya bisa mengantarnya ke tingkat nasional. Kendati belum pernah berlaga di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun ASEAN Para Games, remaja 16 tahun itu memiliki tekad sekuat baja untuk menembus event internasional.

Riski menjadi bagian dari YPAC sejak 2018. Dari Brebes, dia diantarkan sang ibu ke Surakarta. Saat itu tujuannya hanyalah bersekolah. Karena putranya punya keterbatasan fisik, khususnya pada kaki, ibu Riski menginginkan sekolah yang memberikan dampak positif kepada buah hatinya. Apalagi, sang ibu terpaksa meninggalkan Riski untuk bekerja di ibu kota.

Tidak sengaja menjadi juara karena nekat diikutkan lomba tanpa persiapan yang semestinya, Riski kini merintis jalan profesional untuk menjadi atlet cabor atletik. ”Pertama itu badan kurus, tangan juga kecil. Padahal, cabor saya ini butuh lengan yang kuat,” katanya kepada Jawa Pos.

Riski butuh waktu enam bulan untuk melatih otot-ototnya. Pada tahun pertamanya di YPAC, siswa kelas IX itu langsung meraih juara I kompetisi atletik tingkat Surakarta. Sejak 2018 sampai sekarang, Riski menjuarai banyak kompetisi. Mulai tingkat daerah, provinsi, sampai nasional. ”Targetnya bisa juara PON dan Para Games berikutnya,” ujar Riski.

Bungsu di antara tiga bersaudara itu mengungkapkan, sebenarnya yang paling disukainya dari sebuah kompetisi bukanlah predikat juaranya. Kalah pun bukan masalah. Bagi Riski, yang lebih penting dari itu adalah bertemu dengan para idolanya. Yakni, atlet senior pada cabor tersebut. Salah satunya adalah Zainal Arifin.

”Kemarin sempat ketemu,” ungkapnya dengan mata berbinar. Kalau sudah ketemu, lalu mau apa? ”Cuman pengin lebih deket aja gitu,” tegas Riski.

Selain itu, dia selalu ingin membuat sang ibu bangga. Karena itu, dia semangat berlaga dalam setiap kompetisi dan memperbesar peluangnya menjadi juara. Semua dilakukan demi sang ibu. ”Beliau sibuk nyari uang buat biaya Riski,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, sang ibu bekerja sebagai seorang pengasuh di Jakarta. Sudah tiga tahun ini Riski tidak berjumpa dengan ibunya. Untuk melepas rindu, Riski dan sang ibu rutin video call. Sekedar menanyakan kabar atau saling berbagi cerita.

Setelah lulus nanti, apakah Riski tetap ingin menjadi atlet? ”Pengin kuliah. Tapi, nanti biayanya gimana, tinggalnya di mana. Apa pun nanti, pastinya tetep untuk bahagiain ibu,” tandasnya. Amin. Semoga terwujud ya, Riski!

BERSAMA BERBAGI: Dari kiri, Riski Aji Restu Prihatin, Jofar Elzafaru, dan Farid Hakim berbincang tentang olahraga kesukaan mereka. (RIANA SETIAWAN/JAWA POS)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!