Inilah Sosok Burhan Kampak, Jagal PKI yang Diberi Izin Membunuh!

2 menit

Di tahun 1965, ada beberapa orang yang dikenal sebagai algojo atau jagal PKI. Salah satunya adalah Burhan Kampak, algojo yang disebut-sebut paling banyak membunuh!

Tragedi 30 September 1965 (G30S/PKI) menorehkan sejarah mengenaskan. Sebagai buntut dari pemberontakan tersebut, para anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) banyak diburu oleh orang-orang yang dijuluki algojo.

Di masa kelam setelah pemberontakan PKI yang ingin menggulingkan pemerintahan Soekarno, terjadi aksi pembantaian besar-besaran di sejumlah daerah.

Sejumlah operasi dijalankan dalam rangka menumpas G30S/PKI. Seperti operasi Trisula di Blitar Selatan hingga Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ada satu kisah menarik di balik operasi penumpasan G30S/PKI, yakni munculnya para pemburu PKI yang dikenal dengan sebutan algojo.

Para algojo ini tak segan-segan menghabisi nyawa orang-orang yang diduga PKI sebagai balasan dari tragedi G30S.

Di antara banyaknya algojo yang jadi jagal PKI, ada salah satu algojo yang paling terkenal di tahun 1965—ia adalah Burhan Kampak.

Berikut ini kisah Burhan Kampak yang dikenal sebagai algojo PKI yang dianggap paling banyak menghilangkan nyawa anggota PKI!

Kisah Burhan Kampak Jadi Jagal PKI

Inilah Sosok Burhan Kampak, Jagal PKI yang Diberi Izin Membunuh!

sumber: tribunnews.com

Namanya Burhan Zainuddin Rusdjiman, pria asal Yogyakarta yang kemudian diberi julukan ‘Burhan Kampak’.

Ia mendapatkan license to kill atau izin untuk membunuh para anggota PKI, khususnya di daerah Yogyakarta.

Julukan Burhan Kampak itu didapatkannya karena saat konflik 1965-1966 ia sering membawa kapak panjang untuk memburu orang-orang yang diduga terlibat gerakan komunis.

Meski demikian, Burhan tak selalu mengeksekusi korbannya menggunakan kapak, tapi ia juga kerap menggunakan pistol.

“Prinsip saya, daripada dibunuh, lebih baik membunuh,” ungkap Burhan, seperti dilansir dari majalah Tempo tahun 2012 berjudul Pengakuan Algojo 1965.

Kebencian Burhan terhadap komunisme ternyata sudah mulai tumbuh sejak ia berstatus mahasiswa.

Saat itu, ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam dan ia berpendapat bahwa komunis adalah musuh semua agama.

Ia memiliki alasan kuat kenapa berpendapat demikian, sebab merujuk pada fatwa Muktamar Majelis Ulama Indonesia di Sumatera Selatan pada pertengahan 1962.

MUI menyatakan bahwa komunisme itu haram karena ateis.

“Mulai saat itu saya berpikir, orang PKI kalau bisa dibina ya dibina, kalau tidak mau ya dibinasakan,” katanya.

Kedatangan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RKPAD) ke Yogyakarta sekitar Oktober 1965 membawa angin segar bagi gerakan massa Islam.

Pada November 1965, ada 10 orang petinggi organisasi mahasiswa yang diberi pistol jenis FN  dan dilatih di Kaliurang.

***

Semoga bermanfaat, Sahabat 99.

Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!

Artikel ini bersumber dari www.99.co.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!