redaksiutama.com – Hashtag #KembalikanWFH (work from home) menjadi trending topic di Twitter usai ribuan orang menandatangani petisi bertema “Kembalikan WFH sebab Jalanan Lebih Macet, Polusi, dan Bikin Tidak Produktif” di situs Change.org.
Seperti diketahui, per 30 Desember 2022 Presiden Joko Widodo resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di saat banyak perusahaan yang sudah memberlakukan kebijakan WFO (work from office), 10 ribuan warga justru menandatangani petisi untuk mengembalikan kebijakan WFH.
Dalam petisi yang dibuat Riswanty Sidarbutar tersebut, WFO dinilai belum tentu meningkatkan produktivitas. Hal itu disebabkan karena ada faktor jarak tempuh dan durasi perjalanan yang, membuat karyawan jadi lelah, alhasil pekerjaan tidak sebagus ketika saya bekerja dari rumah.
Hingga pukul 04.45 (4/1/2023), sudah ada 10.780 orang yang mendatangi petisi ini. Apabila 15 ribu orang telah menandatangani petisi ini, maka petisi ini bakal menjadi salah satu yang paling banyak ditandatangani di situs change.org.
Dari kacamata pengelolaan keuangan pribadi, dengan WFH Anda tentu bisa lebih menghemat pegeluaran transportasi. Namun jangan salah, ada sejumlah pengeluaran lain yang berpotensi membuat tabungan Anda tergerus jika Anda tidak berhati-hati. Berikut adalah pengeluaran yang dimaksud.
Ketika Anda bekerja di rumah, maka penggunaan peralatan listrik rumah tangga tentu akan mengalami peningkatan. Sebut saja AC, lampu, dan peralatan lain.
Di saat Anda bekerja di rumah, faktor kenyamanan tentunya menjadi hal yang harus diperhatikan. Tidak heran jika akhirnya, AC menyala seharian atau bisa saja, pengguna kompor listrik, air fryer dan perangkat masak listrik lainnya juga meningkat, hingga hal tersebut berkontribusi terhadap kenaikan tagihan listrik.
Salah satu kelebihan WFH adalah bisa bekerja secara fleksibel. Tapi jangan salah, fleksibel bisa saja berdampak kerja di luar jam yang semestinya.
Pesan antar bisa jadi solusi agar bisa mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari. Apa kabarnya, jika fleksibilitas itu meningkatkan produktivitas Anda berkali-kali lipat? Anda tidak akan sempat untuk memasak makanan Anda sendiri.
Bisa saja pesan antar makanan Anda lakukan tiga kali atau lebih dalam sehari. Untuk makan siang, kudapan, hingga makan malam.
Harga makanan pesan antar, tentu lebih tinggi ketimbang makan langsung di restoran. Pengeluaran ini bisa saja melebihi ongkos transportasi Anda jika WFO.
Produktivitas yang meningkat berkali-kali lipat karena WFH, sangat mungkin diiringi dengan tingkat stres yang cukup tinggi. Dan kadang, hal ini yang menjadi pemicu melonjaknya biaya hiburan yang masuk dalam pos gaya hidup.
Sebut saja, Anda yang hobi main games tidak akan sungkan mengeluarkan uang untuk membeli games-games keluaran terbaru yang harganya bisa jadi setara dengan pengeluaran transportasi sebulan.
Atau bisa saja Anda memilih untuk berlangganan aplikasi streaming baru agar bisa menonton serial TV atau film-film yang membuat Anda penasaran.
Pengeluaran ini mungkin saja terlihat kecil karena jumlahnya hanya sekian persen dari pemasukan Anda. Tapi ingat, sedikit demi sedikit akan menjadi bukit, semakin banyak pengeluaran hiburan maka makin berat pula beban keuangan bulanan Anda.
Karena bosan, ujung-ujungnya malah belanja.
Pengeluaran yang satu ini erat kaitannya dengan poin sebelumnya, hanya saja dalam konteks non-hiburan atau gaya hidup.
Barang-barang yang dimaksud bisa saja berupa aksesoris-aksesoris penunjang kenyamanan kerja, atau aksesoris hunian agar membuat Anda merasa lebih nyaman.
Apabila barang tersebut memang sesuai kebutuhan, maka tidak salah untuk membelinya. Namun jangan membelinya jika memang Anda tidak terlalu membutuhkannya.
Apakah Anda salah satu yang menandatangani petisi ini? Terlepas dari mana yang lebih baik antara WFO dan WFH, itu adalah sebuah preferensi.
Baik WFO atau WFH semua memiliki tantangan finansialnya tersendiri. Yang paling penting dari semua ini adalah jangan sampai besar pasak daripada tiang.