5 Fakta Sunat Jaman Dahulu yang Orang Jarang Tahu. Ngilu Banget!

2 menit

Kamu pernah bertanya-tanya seperti apa prosesi sunat jaman dahulu ketika teknologi belum terlalu canggih? Jika iya, yuk simak sejumlah fakta menariknya dalam artikel berikut ini, Sahabat 99.

Prosesi sunat merupakan tradisi turun temurun di masyarakat Indonesia.

Salah satu manfaatnya adalah mencegah penumpukan kotoran di alat vital lelaki yang berisiko menimbulkan penyakit.

Saat ini, proses khitan sudah sangat canggih, yakni menggunakan laser.

Berbeda dengan zaman dahulu yang masih tradisional dan bahkan tanpa obat bius.

Untuk lebih jelasnya, berikut sejumlah fakta menarik sunat jaman dahulu!

5 Fakta Sunat Jaman Dahulu yang Orang Jarang Tahu

1. Berlangsung Tanpa Bius

5 Fakta Sunat Jaman Dahulu yang Orang Jarang Tahu. Ngilu Banget!

Pertama, proses sunat dulunya berlangsung tanpa bantuan obat bius.

Anak laki-laki hanya disuruh untuk berendam dalam air dingin di malam sebelumnya.

Tujuannya adalah agar organ vital mereka kebas atau mati rasa akibat suhu yang dingin.

Namun, metode ini sebenarnya tidak terlalu ampuh meredam rasa sakit saat disunat.

Pasalnya, jarak waktu cukup panjang antara berendam dan proses sunat.

2. Pisau dari Batok Kelapa Kering

Selain itu, alat pemotongnya bukanlah pisau atau gunting, melainkan batok kelapa kering.

Batok kelapa akan melalui penjemuran terlebih dahulu hingga mengering, lalu dipecah sesuai dengan kebutuhan.

Pecahan inilah yang kemudian akan melalui proses pengasahan hingga tajam seperti pisau.

Sebagai catatan, pisau batok kelapa biasanya digunakan berdampingan dengan penjepit dari bambu yang berfungsi untuk menarik kulup.

3. Pisau dari Sembilu Kulit Bambu

tradisi sunat jaman dahulu

Tidak hanya hanya batok kelapa, dahulu masyarakat juga memanfaatkan sembilu kulit bambu sebagai pisau.

Tukang sunat akan menggunakannya untuk mengiris kulit pelapis kepala alat vital lelaki dari atas ke bawah.

Penggunaan piasu ini berlangsung di era 1980-an dan merupakan cikal bakal metode sunat dorsumsisi.

4. Menggunakan Getah Kimpul sebagai Obat Luka

Kamu tentu lebih familiar dengan alkohol atau betadine sebagai antiseptik dan obat luka bukan?

Nah, sebelum obat-obat tersebut hadir, masyarakat biasanya memanfaatkan getah kimpul atau talas.

Getah ini dioleskan ke luka sunat untuk mempercepat penyembuhan luka serta menghentikan pendarahan.

5. Ada Tradisi Cebur Laut

tradisi cebur laut setelah sunat

Fakta sunat jaman dahulu berikutnya adalah adanya tradisi bernama cebur laut.

Ini lebih sering terlihat di masyarakat Ambon dan Nusa Tenggara Barat/Timur.

Kegiatan ini berlangsung sehari setelah sunat dan hanya boleh di laut yang bersih.

Meski terdengar menyakitkan, tujuan utama tradisi ini ternyata adalah mempercepat proses pengeringan luka.

***

Semoga informasi di atas bermanfaat ya Sahabat 99.

Pantau terus informasi penting seputar properti lewat Berita 99.co Indonesia.

Kamu juga bisa mengunjungi 99.co/id dan Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu untuk menemukan hunian idaman.

Ada banyak penawaran properti menarik seperti kawasan Leuwi Gajah Residence.

Artikel ini bersumber dari www.99.co.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!