redaksiutama.com – TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan kepada bank sentral Amerika Serikat, The Fed , agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di negeri Paman Sam itu mereda.
Menurut Gopinath, penting bagi The Fed untuk terus mempertahankan kebijakan moneter yang ketat hingga laju inflasi di Amerika dapat stabil di kisaran 2 persen seperti yang telah diproyeksikan bank sentral AS sebelumnya.
“Inflasi di Amerika Serikat belum mereda dan masih terlalu dini bagi Federal Reserve untuk mengakhiri suku bunga di Negeri Paman Sam.” wakil direktur pelaksana IMF Dr. Gita Gopinath seperti yang dikutip dari Straitstimes.
Meningkatnya biaya pangan dan tagihan listrik di Amerika selama setahun terakhir telah memicu munculnya lonjakan laju inflasi, hingga melesat ke level tertinggi dalam 41 tahun terakhir yakni di kisaran 9,1 persen pada Juni 2022 lalu.
Kenaikan ini yang kemudian mendorong The Fed untuk memperketat kebijakan suku bunga selama tujuh bulan berturut-turut, dimulai dari Maret lalu dimana The Fed mengumumkan kenaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Kemudian di bulan Mei 2022 The Fed kembali memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.
Melanjutkan kenaikkan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November The Fed kembali memacu suku bunga dengan masing–masing kenaikkan sebanyak 75 persen.
Sayangnya, pada risalah di tanggal 13 sampai 14 Desember kemarin, The Fed mengerek turun laju suku bunga jadi 50 basis poin, meski pengetatan moneter ini masih dianggap tinggi oleh para pelaku pasar hingga membuat pergerakan saham di bursa Wall Street mencatatkan rapor merah di akhir tahun 2022.
Namun menurut IMF pelonggaran yang diambil The Fed dapat memperlambat pemulihan ekonomi di Amerika, alasan ini yang kemudian membuat IMF makin was- was apabila nantinya di pertemuan selanjutnya The Fed akan mengambil sikap dovish.
Mengingat perjuangan AS untuk melawan tekanan harga di pasar global masih terlalu panjang, The Fed perlu menyeimbangkan perjuangannya melawan tekanan harga untuk mengurangi resiko perlambatan ekonomi.
Berbeda dengan Amerika, IMF justru memproyeksikan apabila ekonomi China akan rebound di akhir tahun ini, meski di awal 2023 ekonomi China terperosok jatuh akibat lonjakan Covid-19 .
Prediksi ini dikontrakan IMF setelah beberapa operasi di manufaktur di China mulai memulih usai pelonggaran nol- Covid yang dilakukan oleh XI jinPing sejak awal Desember 2022.
Lonjakan Inflasi di Korea Selatan, BOK Beri Sinyal Perketat Suku Bunga Sebesar 3,5 Persen
Privacy Policy
We do not collect identifiable data about you if you are viewing from the EU countries.For more information about our privacy policy, click here
Lonjakan Inflasi di Korea Selatan, BOK Beri Sinyal Perketat Suku Bunga Sebesar 3,5 Persen
The Fed Dongkrak Suku Bunga Acuan, Isyaratkan Kenaikan yang Lebih Kecil di Masa Mendatang
Ancaman Resesi Global di Depan Mata, Bank Dunia dan IMF Kembali Berikan Peringatan
Prospek Bisnis Jasa Transportasi dan Logistik Online Tetap Menjanjikan di 2023
The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga, Rupiah Kembali Melemah ke Arah Rp15.700 per Dolar AS
Deputi Bank Indonesia Sebut BI Naikkan Suku Bunga untuk Menekan Lonjakan Inflasi
Terungkap, Ferdy Sambo Ternyata Perintahkan Bharada E Ambil Pistol Brigadir J sebelum Eksekusi
KPK Persilakan Lukas Enembe Berobat ke Singapura Asal Penuhi Syarat Berikut Ini
Sipon, Istri Wiji Thukul Meninggal karena Serangan Jantung, Kasus Sang Suami Masih Belum Terungkap
Momen Presiden Jokowi dan Para Menteri Belanja Baju yang Sama di Mall
Megawati Dikabarkan Sudah Setujui Nama Capres dan Segera Umumkan untuk Pemilu 2024, Siapa Sosoknya?
Ronny Talapessy Geram Ketahui Setiap Suduh Rumah Sambo Ternyata Ada CCTV: Kenapa Tak Ditunjukkan