redaksiutama.com – Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) kini memiliki empat ladang peneluran (nesting ground) burung maleo senkawor atau Macrocephalon maleo yang terus dijaga.
Lokasinya ada di kawasan Hungayono, Pohulongo, Pilomanua, dan Ledaleda.
Khusus untuk Pilomanua terdapat dua titik yang aktif digunakan maleo untuk bertelur.
“Kami masih terus melakukan monitoring di Ledaleda, keberadaannya antara ada dan tiada. Harapannya burung maleo masih bertelur dan lestari di sini,” ucap Kepala Seksi SPTN 1 Balai TNBNW Bagus Tri Nugroho, Rabu (30/11/2022), seperti dilansir Antara.
Adapun maleo senkawor adalah burung endemik pulau Sulawesi. Burung ini sangat bergantung pada kondisi habitat peneluran yang alami dan tidak terganggu manusia.
Dalam proses bertelur, maleo menyimpan telurnya di dalam tanah atau pasir hangat dengan sumber energi penetasan berasal dari panas bumi atau panas matahari.
Di empat lokasi peneluran tersebut, terdapat panas bumi yang bisa membantu menetaskan telur maleo.
“Hangatnya geotermal ini menetaskan telur maleo hingga menetas, anakannya akan berjuang keluar sendiri dari dalam tanah,” tutur Bagus.
Lokasi peneluran yang terganggu oleh aktivitas manusia akan menyebabkan populasi maleo terancam, bahkan terus merosot.
Padahal, kini status maleo sudah terancam punah atau critically endangered.
“Pengambilan telur oleh manusia dan perubahan habitat pantai atau daratan yang akan menjadi ancaman serius bagi satwa ini,” tambahnya.
Untuk diketahui, secara aministratif TNBNW terletak di dua daerah, yakni Provinsi Gorontalo untuk sisi baratnya dan Provinsi Sulawesi Utara untuk sisi timur.
Luas keseluruhannya mencapai sekitar 282.000 hektar, menjadikannya taman nasional darat terbesar di Sulawesi.