Pandemi Banjir Duit, Bisnis Startup Ini Sekarang Lesu

redaksiutama.com – Sektor e-groceries serta video dan musik on-demand, mengalami permintaan sangat minim karena konsumen kembali ke kebiasaan mereka sebelum pandemi. Sebaliknya terjadi pada sektor transportasi dan travel.

Hal ini disampaikan Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan e-Conomy SEA 2022.

Dengan adopsi digital yang makin matang, pemahaman perilaku penggunaan di seluruh segmen konsumen diperlukan untuk membuka ruang tambahan untuk pertumbuhan.

“Mayoritas pemain digital sedang mengubah arah prioritas dari akuisisi pelanggan baru, menjadi keterlibatan yang lebih dalam dengan pelanggan yang sudah ada,” tulis laporan tersebut, dikutip Jumat (28/10/2022).

Laporan tersebut mencatat nilai ekonomi digital negara-negara Asia Tenggara berdasarkan gross merchandise value (GMV).

Di Indonesia, GMV terbesar pada tahun 2022 berasal dari sektor e-commerce dengan nilai estimasi US$59 miliar.

Kontribusi e-commerce juga menjadi yang terbesar terhadap ekonomi digital Asia Tenggara, diperkirakan mencapai US$131 miliar. E-commerce mendekati adopsi penuh di antara pengguna digital di perkotaan Asia Tenggara.

“Saluran ritel online masih meningkat meskipun pembelanjaan bergerak sebagian kembali offline dengan kembali ke belanja di dalam toko.” ungkap laporan.

Di sektor hiburan berbasis online, pertumbuhan GMV di Asia Tenggara melambat ke satu digit yaitu 9%. Selama pandemi, vertikal ini merasakan pertumbuhan hingga 37%.

Perlambatan pertumbuhan juga tampak di sektor pesan antar makanan, dari 65% selama pandemi menyisakan pertumbuhan 14% setelah pandemi mereda.

Di sisi lain, sektor wisata yang GMV-nya menyusut hingga 62% selama pandemi berhasil rebound dengan mencatatkan pertumbuhan 115% pada 2022.

Begitu juga pada sektor transportasi berbasis aplikasi yang merosot melampaui 40% pada pandemi, pada 2022 kembali tumbuh di atas 40%.

error: Content is protected !!