redaksiutama.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan harga beras yang masih melambung tinggi meskipun sudah dilakukan impor beras adalah karena kondisi saat ini yang masih berada di musim panceklik, dan belum masuk kepada musim panen raya.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag, Kasan mengatakan oleh karenanya Perum Bulog masih diminta untuk memasok beras dengan menggunakan beras impor untuk menstabilisasikan harga beras di pasaran.
“Jadi pasar itu membaca kondisi cadangan pemerintah yang dipegang oleh Bulog. Terus sekarang situasi di lapangan kalau beras itu lagi paceklik, kalau pun ada satu atau dua barang itu harga gabahnya juga sudah naik,” ujar Kasan kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/1/2023).
Kasan mengatakan, karena ini masih berada di musim tanam periode Desember hingga Februari sehingga harga yang terjadi di pasar merupakan harga beras berasal dari harga gabah yang masih relatif tinggi.
“Karena panen belum banyak, ini kan musim tanam periode Desember-Februari sehingga harga yang terjadi di pasar ini kan harga beras itu berasal dari harga gabah yang masih relatif tinggi. Nah, sehingga Bulog saat ini belum memungkinkan untuk menambah pasokan dengan pembelian atau penyerapan dari dalam negeri,” ujarnya.
Oleh sebab itu, katanya, stok Bulog yang dipegang sekarang ini tetap harus digunakan untuk pasokan menstabilisasi atau menekan harga agar supaya tidak terus naik.
“Nanti begitu pasokannya ada lagi, masuk yang dari impor tambahan, sisanya, ya itu pasar akan bereaksi lagi. Akan menambah tekanan terhadap kenaikan harga ini dia bisa tertekan lebih rendah,” pungkasnya.