Di Tangan Elon Musk, Twitter Bisa Jadi ‘Mesin Radikalisasi’

redaksiutama.com – CEO Tesla Elon Musk resmi membeli Twitter seharga 44 miliar dolar AS pada Kamis, 27 Oktober 2022.

Namun setelah mengakuisisi, Elon Musk langsung memecat para eksekutif Twitter .

Sontak tindakan Elon Musk dikhawatirkan oleh para pengamat akan membuat lebih banyak ekstremisme dan ujaran kebencian di Twitter .

Presiden pengawas media nirlaba, Angelo Carusone memprediksi munculnya ekstremisme sayap kanan sebagai akibat Elon Musk mengakuisisi Twitter .

“Akuisisi Elon Musk dan selanjutnya menjalankan Twitter akan secara radikal mengubah lanskap informasi saat ini dengan cara yang sama seperti kemunculan Fox News mengubah lanskap informasi di akhir 90-an – dan kita semua akan lebih buruk karenanya,” katanya Angelo Carusone.

Musk dari dulu telah mengecam kebijakan konten Twitter , di mana menurutnya telah ‘memenjarakan kebebasan berbicara’.

Salah satu kebijakan Twitter adalah memblokir akun mantan Presiden AS Donald Trump.

Anggota parlemen, pengawas media, dan kelompok advokasi mengatakan Musk membeli Twitter memiliki konsekuensi besar untuk privasi data, dan meningkatkan pelecehan, ekstremisme, dan hiperpartisan.

“Terlepas dari klaimnya bahwa dia ingin membeli Twitter untuk ‘membantu kemanusiaan,’ Elon Musk memiliki catatan memposting dan membela konten anti-LGBTQ yang berbahaya serta konten yang merugikan komunitas terpinggirkan lainnya,” kata organisasi Gay dan Lesbian.

Pendiri Accountable Tech, Jesse Lehrich mengatakan pemecatan eksekutif hukum dan kebijakan Twitter , Vijaua Gadde dan mengembalikan akun mantan Presiden AS Donald Trump adalah bencana jangka panjang.

Pasalnya, Jesse menilai Gadde adalah kompas moral bagi perusahaan Twitter .

Meski begitu, sejak pengambilan kekuasaan Twitter , Musk belum menjelaskan bagaimana ia akan menjalankan perusahaan tersebut.***

error: Content is protected !!