redaksiutama.com – Saat ini para produsen otomotif global sedang mengalami krisis cip semikonduktor . Efeknya, proses produksi kendaraan jadi terhambat karena adanya kekurangan komponen penting tadi.
Namun, berbeda halnya dengan yang dialami karoseri pembuat bodi bus di Indonesia. Krisis yang terjadi secara global tadi tidak terlihat efeknya pada produksi bodi bus.
Sommy Lumadjeng, Ketua Asosiasi Karoseri Indonesia mengatakan, karoseri di Indonesia tidak mengalami efek langsung saat ada krisis cip semikonduktor .
“Sepertinya di bus tidak terlalu efek (krisis cip semikonduktor). Itu lebih banyak ke kendaraan sedan dari negara tertentu,” kata Sommy di Jakarta, belum lama ini.
Namun, saat ini karoseri malah mengalami masalah lain, yakni kekurangan sasis bus. Jadi bisa dibilang produksi bodi siap tapi sasis untuk dijadikan bus utuh tidak ada di karoseri.
“Sempat saya singgung kenapa sempat kekurangan sasis, itu karena pengusahanya (bus) trauma. Trauma karena 2020, banyak sasis di karoseri dan itu mangkrak, tidak bisa ditebus pemiliknya,” ucap Sommy.
Memang bisa dibilang, saat awal pandemi, operator bus bisa dibilang tidak bisa bergerak. Oleh karena itu, pendapatan jadi berkurang dan tidak bisa melanjutkan investasi bus baru yang ada di karoseri.
Tapi di 2021 dan 2022, perusahaan otobus mulai bangkit dan kembali investasi. Sayangnya, belajar dari 2020, stok sasis yang ada di pasaran tidak banyak, takut terjadi sasis bus mangkrak di karoseri.
“Ternyata Indonesia termasuk lima besar di dunia yang recovery-nya cepat dari pandemi, jadi ya timing saja. Cuma karena efek kaget aja tidak ada stok, sampai kapan, ternyata terlambat (datangnya sasis),” ucap Sommy.