Ini Salah Satu Kebiasan Buruk yang Bikin Mobil Matik Berusia Pendek

redaksiutama.com

SEMARANG, KOMPAS.com – Selain perawatan rutin, pengguna mobil transmisi matik juga perlu belajar soal pengoperasiannya yang baik dan benar.

Karena bila menerapkan cara yang asal dan menjadi kebiasaan, maka berpeluang mempercepat keausan komponen-komponen transmisi.

Salah satu contoh kebiasaan buruk yang sampai saat ini banyak ditemui adalah berhenti dalam waktu yang lama dengan posisi tuas transmisi di D (drive), seperti di lampu merah.

Hermas E Prabowo, Pemilik Bengkel Worner Matic mengatakan, hampir sama seperti mobil manual, komponen utama transmisi juga rawan rusak .

“Yang parah itu bawa mobil matik tapi rasa manual. Biasa main setengah kopling ini juga, transmisi ditahan posisi D untuk berhenti. Lama-lama kampas kopling matik bisa gosong atau slip , mahal kalau ganti,” ucap Hermas kepada Kompas.com, Kamis (22/12/2022).

Berhenti dalam posisi tuas tertahan di D menyebabkan transmisi matik jadi cepat panas, kualitas oli juga menurun. Risikonya akan mengalami kerusakan serius.

Seperti diketahui, oli matik punya fungsi yang sangat penting untuk melindungi dari keausan dan membuat perpindahan gigi transmisi tetap normal.

Menurut Hermas, lama-lama komponen mekanis dan kopling berpeluang untuk mengalami kerusakan berat, mahal, dan waktu perbaikan juga tidak sebentar.

“Rugi biaya dan waktu, ganti kampas kopling matik untuk mobil MPV Rp 6 juta-Rp 8 jutaan sendiri. Belum waktu perbaikan. Oli matik yang sering overheat, di transmisi penuh kotoran gram besi, jadi rawan slip, nanti lama-kelamaan muncul delay,” ucap Hermas.

Selain itu, ada juga risiko kerusakan komponen lain seperti kopling yang tipis dan terus digunakan menyebabkan ancaman serius, yaitu merembet pada komponen lainnya.

Cover clutch khawatirnya rusak juga, karena pelat kopling tipis dan gesekan terus menerus. Fatal lagi itu, bisa merembet ke komponen mekanikal seperti gigi transmisi dan sebagainya,” katanya.

Kepala Bengkel Honda Kusuma Siliwangi Semarang Teguh Dwi Harianto menjelaskan, teknik aman berhenti di tanjakan curam hanya bisa dilakukan dengan memindahkan transmisi ke N (netral) dan mengaktifkan rem tangan.

“Aman untuk keselamatan berkendara dan komponen-komponen utama tetap awet. Transmisi matik tak bisa ditahan, sensitif, dan mudah overheat,” kata dia.

“Jadi, begitu berhenti langsung pindah transmisi ke N dan tarik rem tangan, kejadian-kejadian seperti mobil meluncur dan bau gosong bisa dihindari,” tutur Teguh.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!
Exit mobile version