Sri Mulyani Girang, Setoran Cukai Rokok Sudah Tembus Target

redaksiutama.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) saat ini sudah mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.

“Kita sudah mencapai sasaran kok akhir tahun,” kata Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (12/12/2022).

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022, target penerimaan CHT yang telah ditetapkan pemerintah tahun ini senilai Rp 209,91 triliun. Jumlah itu sekitar 70,2 persen dari total target penerimaan bea dan cukai 2022 senilai Rp299 triliun.

Hingga November 2022 sendiri penerimaan CHT sendiri sebetulnya sudah tercatat sudah sebesar Rp 186,82 triliun setara 89% dari target yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.98 Tahun 2022. Angkanya pun telah naik 15,54 persen year on year (yoy).

Ia pun menargetkan, keseluruhan tahun ini hingga akhir Desember 2022 penerimaan CHT bisa tembus Rp 216,8 triliun atau naik signifikan dari realisasi penerimaan CHT pada 2021 sebesar Rp 188,8 triliun.

“Memang boleh APBN selalu ditargetkan meningkat konsisten. Seperti 2022 ini adalah mencapai Rp 216,82 triliun dan ini meningkat cukup signifikan dari 2021 Rp 188,8 triliun,” ucap dia.

Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan, capaian penerimaan CHT ini diperoleh di tengah turunnya produksi rokok meskipun dari sisi serapan tembakau dari petani terus terkerek naik karena serapan untuk golongan sigaret kretek tangan atau SKT yang menyerap 96% tembakau petani lokal.

“Meskipun produksi rokok kita menurun karena adanya cukai namun sebenarnya serapan tembakau lokal mengalami kenaikan,” ucap Sri Mulyani.

Dalam 5 tahun terakhir produktivitas dari tembakau dipengaruhi oleh luas lahannya yang meningkat ke 239.207 hektar dari posisi pada 2021 sebesar 204.407 hektar.

“Dan kebutuhan tembakau yang sekitar 322 ribu ton per tahun itu dipenuhi oleh tembakau domestik sebesar 212 ribu ton per tahun atau 66 persennya. Jadi sekitar 66 persen dari kebutuhan tembakau yang sekitar 322 ribu ton per tahun berasal dari lokal dan luas area perkebunannya terus naik dalam 5 tahun terakhir,” ujar Sri Mulyani.

Dengan moncernya serapan tembakau petani ini, jumlah produksi khusus SKT kata Sri Mulyani kini sudah hampir 90 miliar batang atau sekitar 89,9 miliar.

“Kita melihat terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari SKT karena nanti kita lihat dari implikasi policy kita untuk SKT itu tarifnya lebih rendah sehingga memang terjadi shifting,” tuturnya.

error: Content is protected !!