Retno: RI konsisten pandang konflik antarnegara selesai secara damai

redaksiutama.com – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan Indonesia konsisten berpandangan bahwa konflik antarnegara di dunia ini, seperti yang tengah terjadi antara Ukraina dan Rusia, harus diselesaikan secara damai di meja perundingan, bukan di medan perang.

“Posisi Indonesia sangatlah jelas, setiap negara memiliki kewajiban menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain dan posisi kita juga sangat konsisten bahwa konflik harus diselesaikan secara damai di meja perundingan dan bukan di medan perang,” ujar Retno.

Hal tersebut dikemukakannya saat menyampaikan pidato kunci dalam Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Tahun 2022 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) bertajuk Kolaborasi/Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Kolaborasi, di Gedung Pancagatra Lemhannas, Jakarta, Selasa.

Retno mengatakan pula bahwa Presiden RI Joko Widodo senantiasa menyampaikan kepada seluruh jajarannya jangan sampai membiarkan prinsip Indonesia tersebut padam begitu saja.

Dalam kesempatan yang sama, Retno menyampaikan bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia telah menyebabkan keketuaan Indonesia dalam perhelatan G20 pada tahun ini berada dalam situasi yang sangat sulit.

“Kita paham presidensi atau keketuaan G20 ini dilakukan di tengah situasi yang tidak saja sangat sulit, tetapi sangat sangat sangat sulit,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan pada masa awal Indonesia diamanahkan memegang keketuaan G20, dunia tengah menghadapi permasalahan cukup berat, yaitu kemunculan pandemi COVID-19 yang salah satunya berdampak menimbulkan keterpurukan ekonomi sebagian besar negara di dunia.

Dari persoalan tersebut, lanjut Retno, Indonesia kemudian menetapkan tema keketuaan G20 kali ini adalah Recover Together, Recover Stronger. Melalui tema tersebut, diharapkan keketuaan Indonesia di G20 mampu membawa dunia pulih bersama dan bangkit lebih kuat dari persoalan akibat pandemi COVID-19.

Namun sekitar Februari 2022, persoalan dunia semakin kompleks karena perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia sehingga peran keketuaan Indonesia di G20 pun menjadi semakin sulit.

“Situasi berubah lebih drastis pada Februari 2022. Perang di Ukraina menambah kompleksitas permasalahan dunia yang juga berdampak pada interaksi antarnegara, termasuk antara negara-negara anggota G20. Di sana, kita melihat dunia semakin terpecah belah,” ujar Retno.

Meskipun begitu, Retno menyampaikan Indonesia tetap bekerja menghadirkan keketuaan G20, terutama puncaknya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 mendatang, agar mampu menghadirkan hasil-hasil kerja konkret yang bermanfaat bagi segenap masyarakat dunia dalam mengatasi beragam persoalan global yang ada saat ini.

“Kita tentu berharap bahwa di KTT G20 nanti kita dapat menghasilkan deliverables (hasil-hasil kerja) konkret yang bermanfaat bagi dunia,” kata Retno.

error: Content is protected !!