Potensi Cuaca Ekstrem Jelang Akhir Tahun 2022, BMKG Sebut Ada 4 Faktor Pemicu

redaksiutama.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) memprediksi adanya peluang cuaca ekstrem yang akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia pada periode akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023, tepatnya pada 2 Januari 2023.

Oleh karena hal itu, Deputi Meteorologi BMKG , Guswanto meminta agar masyarakat Indonesia selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem tersebut.

“Kepada masyarakat, kami imbau untuk tidak panik tetapi tetap waspada, dan terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG . Pangkas dahan dan ranting pohon yang rapuh serta kuatkan tegakan tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” katanya, Rabu, 28 Desember 2022.

Menurut keterangan Guswanto, cuaca ekstrem yang diprediksi akan terjadi di penghujung akhir tahun 2022 itu dipicu oleh fenomena dinamika atmosfer di sekitar wilayah Indonesia, beberapa fenomena yang dimaksud tersebut adalah fenomena Monsun Asia dan seruakan dingin.

Kemudian, pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar Australia dan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).

Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan bahwa fenomena-fenomena tersebut dapat berpeluang menjadi pemicu munculnya hujan dengan intensitas yang tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan dan peningkatan tinggi gelombang di perairan sekitarnya.

Sebagai informasi, berikut penjelasan soal beberapa dinamika atmosfer yang berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan dan dapat berpeluang menjadi pemicu terjadinya cuaca ekstrem ;

1. Monsun Asia

Diketahui, Monsun Asia tercatat menunjukkan aktivitas signifikan dalam beberapa hari terakhir dengan potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

2. Seruakan dingin Asia

Fenomena ini cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan.

Seruakan dingin tersebut dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia, jika disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge atau arus lintas ekuatorial).

3. Indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia

Fenomena tersebut dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator serta dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara.

Fenomena tersebut juga berpotensi dapat meningkatkan ketinggian gelombang di perairan Indonesia.

4. Madden Julian Oscillation (MJO)

Aktivitas MJO disertai fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan kedepan di wilayah Indonesia.

Selain itu, BMKG juga menyebut adanya Bibit Siklon Tropis 95W tumbuh di Samudra Pasifik sebelah Utara Papua Barat, tepatnya di sekitar 8.8°LU 130.9°BT, dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb.

Berdasarkan citra satelit Himawari-8 6 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem.***

error: Content is protected !!