Pertamina Shipping Kian Agresif Jadi Raksasa Kapal Dunia

redaksiutama.comJakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina International Shipping atau dikenal dengan PIS merupakan perusahaan perkapalan logistik terintegrasi di Indonesia milik PT Pertamina (Persero).

Keberadaan PIS tidak hanya mendukung proses bisnis Pertamina sebagai sebuah badan usaha penyedia energi di dalam negeri. Namun lebih dari itu PIS juga memiliki peran sentral dalam mewujudkan ketahannan energi untuk Indonesia.

PIS saat ini merupakan operator tanker terbesar di Asia Tenggara dengan mengoperasikan sekitar 750 kapal, dengan pengalaman ekstensif yang melayani market domestik, pasar regional, dan internasional.

Pada 2021, PIS menambah armada distribusi energi dengan meluncurkan Very Large Crude Carrier (VLCC) “Pertamina Pride”, dan “Pertamina Prime”. Kapasitas masing-masing VLCC adalah 2 juta barel. Kehadiran kedua kapal tanker akan memperkuat positioning PIS sebagai integrated marine logistic company dan global player kebanggaan Indonesia.

Kedua kapal tersebut akan melayani pasar luar negeri dan mengangkut minyak mentah (crude oil) ke Indonesia. Dengan kapal milik sendiri, Pertamina memiliki fleksibilitas yang lebih karena memiliki cadangan migas di luar negeri dengan jumlah produksi 110 ribu barel per hari.

Keberadaan VLCC akan mengamankan rantai pasok yang lebih efisien dan meningkatkan keandalan pasokan, serta kelancaran distribusi energi nasional dengan mengamankan pasokan kebutuhan minyak mentah ke kilang Pertamina.

Kedatangan dua VLCC menegaskan potensi bisnis pengapalan, dengan potensi peningkatan permintaan untuk produk likuid hingga 2030 mendatang, dan bakal mencapai puncaknya pada 2040 nanti.

Kondisi ini tidak terlepas dari peluang kebutuhan kapasitas minyak mentah (crude) selama 10 tahun mendatang berkisar sekitar 6 juta barel hingga 13 juta barel. Dari jumlah tersebut sekitar 22% masih dilayani oleh pihak ketiga dan 78% sisanya oleh Pertamina.

Selama tahun 2021 PIS juga telah menerapkan ketentuan penggunaan bahan bakar bersulfur rendah (Low Sulphur Fuel Oil atau LFSO) pada seluruh armada yang dioperasikan, sesuai regulasi IMO2020 yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI.

Pasokan LSFO diperoleh dari RU III Plaju dan RU V Balikpapan. Penerapan LSFO bertujuan mendukung reduksi emisi SOx dari operasional kapal, sehingga akan mengurangi dampak pencemaran udara bagi populasi di sekitar pelabuhan maupun pantai.

Untuk diketahui, saat ini PIS mengoperasikan 750 kapal. Selain kapal milik, PIS juga mengelolatime charter dan spot charter yang dapat disewa melalui e-chartering. Kapal-kapal kebanggaan PIS antara lain:

Sementara itu, PIS juga mengelola6 terminal strategis, berdasarkan Akta Pengalihan Saham PT Pertamina (Persero)kepada PT PIS, yaitu Integrated Terminal Tanjung Uban, Terminal BBM Pulau Sambu, Terminal LPG Tanjung Sekong, Terminal BBM Kotabaru, Terminal BBM Baubau, dan Terminal LPG Tuban.

Di sisi lain, baru-baru ini diketahui PIS telah resmi menggandeng salah satu perusahaan kapal dan logistik kelas dunia sebagai mitra strategis perusahaan yakni Nippon Yusen Kaisha (NYK).

Nippon Kabushiki Kaisha atau dikenal dengan NYK Line merupakan sebuah perkapalan asal Jepang yang merupakan anggota dari kairetsu Mitsubishi. Perusahaan ini berkantor pusat di Chiyoda, Tokyo, Jepang.

Pemilihan NYK sebagai mitra strategis perusahaan salah satunya karena pertimbangan nama besar NYK sebagai perusahaan pengangkutan gas alam cair (LNG) terbesar kedua di dunia alias Top 2 Gas Carrier Owner di dunia.

NYK memiliki keahlian dan pengalaman panjang dalam bidang angkutan LNG, kelebihan NYK ini sejalan dengan kebutuhan PIS untuk mengembangkan lini bisnis baru yang lebih ramah lingkungan.

Strategi PIS Ke Depan: Ekspansi Bisnis Hingga Transisi Energi

Anak perusahaan kapal tanker raksasa minyak negara Tanah Air ini terus mempercepat ekspansi internasional dan penggerak kargo hijau melalui aliansi baru dengan pengirim Jepang Nippon Yusen, di tengah melonjaknya permintaan untuk transportasi energi yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

PIS telah membeli kapal tanker yang lebih besar, memperbarui armadanya yang sudah tua dan memperluas jenis kargo yang dapat ditanganinya, sambil meningkatkan terminalnya dan merencanakan lebih banyak cabang di luar negeri.

Dengan kerjasama yang telah terjalin, PIS bisa memperluas bisnisnya ke pengangkutan LNG maupun petrokimia, bukan hanya minyak mentah (crude), produk minyak atau Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Ke depan PIS akan melakukan ekspansi ke bisnis angkutan LNG, chemical, maka sebuah keuntungan berpartner dengan mitra internasional. Apalagi perusahaan Jepang itu standarnya ketat dan hati-hati. Ini peluang untuk upgrade capability.

Dorongan ekspansi PIS merupakan bagian dari dorongan pemerintah Indonesia yang lebih luas untuk pertumbuhan di Pertamina, perusahaan terbesar di Indonesia berdasarkan aset dan pendapatan, dan meningkatkan nilai asetnya menjadi US$ 100 miliar. Itu mencapai US$ 78 miliar tahun lalu, menurut laporan keuangan terbarunya.

Kerja sama strategis dengan mitra kaliber internasional sekelas NYK, diharapkan tidak hanya membawa dampak kenaikan keuntungan finansial dan bisnis, tetapi juga peningkatan kapabilitas awak armada PIS agar semakin gencar berkompetisi di kancah global.

Di sisi lain, PIS berkomitmen membantu upaya pemerintah dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan beberapa penerapan prinsip ekonomi hijau atau dikenal dengangreen economy.

PIS sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mendukung target net zero emission (NZE) di 2060. PIS menggunakan roadmap International Maritime Organization (IMO) yang pada 2050 menargetkan 70% emesis bisa diturunkan. Bahkan target di tahun 2030 bisa mengurangi emisi 30%.

Kapal-kapal yang di operasikan oleh PIS tak lepas dari teknologi kapal jadi, udia kapal yang dijalankan masih ada nilai ekonomisnya. Namun seiring dengan peremajaan kapal dan teknologi baru nantinya kapal yang dioperasikan oleh PIS akan jauh ramah lingkungan dan compile dengan regulasi.

PIS melihat dalam transisi energi ini terdapat 2 aspek yang sekiranya bisa dilakukan. Pertama, bahan bakar kapalnya, kedua terkait kargo yang diangkut. Dalam waktu dekat PIS tentunya mengusahakan aspek yang pertama terkait bahan bakar.

PIS sebagai perusahaan yang berkomitmen dalam perbaikan lingkungan, dan juga sejalan dengan ekspansi bisnis, turut mendukung penerapan ESG dalam operasional dan bisnis dengan melakukan beberapa program yang disebut “green shipping”, program ini berfokus pada aspek pembangunan dan pengelolaan kapal.

Program teknologi kapal ramah lingkungan bertujuan untuk mengurangi gas buang kapal. Kapal yang dimiliki PIS menggunakan bahan bakar low sulfur dan dilengkapi dengan menginstalasi peralatan yang bisa membantu menurunkan serta menghalangi gas buang kapal tersebut.

Teknologi ini sudah diterapkan di dua kapal carrier milik PIS, yakni Pertamina Pride dan Pertamina Prime. Pembangunan kapal-kapal baru milik PIS juga akan menerapkan teknologi kapal-kapal yang eco friendly.

Selain pemanfaatan teknologi, PIS juga menerapkan energi efisiensi dengan mengurangi waktu berlabuh kapal untuk meminimalisasi emisi. Komitmen menurunkan emisi gas buang dijalankan dengan menghitung Energy Efficiency Existing Index (EEXI), yang saat ini sudah dilakukan kajian terhadap 57% kapal milik PIS atau sebanyak 54 kapal dari 95 kapal milik PIS.

PIS juga akan mengucurkan investasi hingga US$ 1,6 miliar untuk mendatangkan kapal-kapal baru yang akan digunakan untuk masuk ke bisnis yang lebih hijau dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Kemudian berencana menganggarkan belanja modal US$3 miliar hingga US$4 miliar selama dekade berikutnya. Hal ini sebagai antisipasi pada bisnis perkapalan yang lebih ramah lingkungan.

Itu termasuk rencana untuk memperoleh kapal baru yang ditenagai oleh bahan bakar rendah karbon, dan yang dapat mengangkut “kargo hijau” seperti amonia dan hidrogen. PIS juga bertujuan untuk mengangkut karbon dioksida yang ditangkap yang akan disuntikkan ke fasilitas penyimpanan karbon. Pertamina bekerja sama dengan sejumlah mitra internasional seperti ExxonMobil dan Japanese trading house Mitsui dalam proyek-proyek tersebut.

Indonesia berharap dapat memanfaatkan banyak cadangan minyak dan gas yang telah habis dan matang untuk menjadi pusat penyimpanan karbon di Asia.

Dengan anggaran tersebut, perseroan setidaknya bakal menambah 69 unit kapal dengan cara akuisisi maupun merakit dari nol. Dengan tambahan itu, maka jumlah armada kapal perseroan akan menjadi 164 unit dari total yang ada saat ini 95 unit.

Untuk itu Tim Riset CNBC Indonesia menganugerahkan penghargaan “Best Strategic Investment In Establishing Energy Security” pada CNBC Indonesia Awards 2022.

error: Content is protected !!