Lapor Pak Jokowi! Ada Saran dari IMF buat Indonesia

redaksiutama.com – Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap tinggi pada tahun depan, meski dunia dibayangi krisis biaya hidup akibat inflasi tinggi, perang Rusia dan Ukraina, dan pengetatan moneter di berbagai negara.

IMF mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Namun, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,2% menjadi 5% pada 2023.

Pertumbuhan 5% tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 1,6% pada 2022 dan turun menjadi 1% pada 2023.

Kemudian, China yang diyakini hanya akan tumbuh 3,2% pada 2022 dan 4,4% pada 2023.

Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department, IMF Cheng Hoon Lim membenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain.

“Indonesia sangat beruntung mendapatkan keuntungan dari tingginya harga komoditas dan kuatnya permintaan,” ujar Lim dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (13/10/2022).

Harga komoditas global memang tengah melemah, tetapi Lim melihat batu bara dan CPO tetap berada dalam level yang tinggi.

“Tingginya harga komoditas mengalami moderasi dalam dua bulan terakhir, tetapi harga tersebut masih dalam level yang terangkat. Oleh karena itu, Indonesia akan terus menerima manfaat dari ekspor produk-produk tersebut.” papar Lim.

Adapun, moderasi harga batu bara dan CPO diperkirakan berasal dari dampak pelemahan di China dan dunia.

Di saat bersamaan, dia melihat ekonomi Indonesia juga ditopang oleh konsumsi dan investasi, serta kebijakan ekonomi yang hati-hati dan berkelanjutan.

Namun demikian, dari sisi fiskal, dia mengingatkan adanya tiga tantangan untuk mengembalikan kebijakan ke kisaran 3% pada tahun depan.

Ketiga tantangan tersebut adalah perlambatan ekonomi di China, pengetatan moneter global dan turunnya harga komoditas.

Selanjutnya, Lim melihat inflasi di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Namun, bank sentral harus menjaga inflasi tetap rendah.

Artinya, kebijakan moneter harus diperketat. Bank Indonesia (BI), karena inflasi di dalam negeri rendah, memiliki waktu untuk menunda periode pengetatan hingga Agustus lalu saat BI menaikkan 25 basis points (bps) dan diikuti dengan 50 bps pada September.

Dalam hal ini, Lim melihat BI berada dalam jalur yang tepat. Setelah pekerjaan itu selesai, dia menegaskan bank sentral harus menjaga kredibilitas.

“Pekerjaan penting bank sentral menjaga stabilitas ekonomi.” ujar Lim.

error: Content is protected !!