redaksiutama.com – Konsisten adalah kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat mode busana muslim dunia.
“Konsisten itu maksudnya baik ada sponsor, enggak ada sponsor perusahaannya (jenama fesyen) bisa berangkat (ke luar negeri) dan ada kebutuhan di tempat itu karena bisnisnya ada di situ,” ujar Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma di Jakarta, Rabu.
Ali mengatakan setiap desainer ataupun jenama lokal harus ikut serta dalam pameran atau peragaan berskala internasional jika ingin produknya dilirik.
Namun, aksi ini tidak bisa dilakukan sekali saja atau hanya sekadar tes pasar. Untuk membangun kepedulian dan ketertarikan, diperlukan usaha terus-terus pada ajang serupa.
“Banyak memang sekarang yang pergi ke Paris, Milan, New York, tapi mereka ikut sekali dan tidak ada kelanjutannya, karena tidak seperti brand luar negeri kalau sudah ke Paris, mereka ikut lagi,” kata Ali.
“Berarti mereka ada bisnis di sana, tapi kalau datang cuma nyobain sekali, habis itu enggak ada lagi. Itu berarti mereka tidak konsisten dan belum bisa diterima di pasar global. Berarti mereka baru riset atau coba-coba,” lanjutnya.
Selain konsistensi, yang harus diperhitungkan untung menjadi pusat mode busana muslim dunia adalah memiliki desain yang berselera global.
Menurut Ali, desainer dan jenama lokal harus bisa memikirkan busana muslim apa yang disukai oleh warga dunia. Hal ini bisa dimulai dari menguasai pasar Indonesia terlebih dahulu.
Setelah konsumen Indonesia beralih menggunakan produk lokal, target pasar luar negeri akan lebih mudah dikejar.
“Target pasarnya itu dulu yang harus kita kuasai. Bagaimana orang dalam negeri yang biasa beli produk luar, bisa beralih. Kalau ini enggak berhasil gimana mau meyakinkan orang luar untuk beli produk kita,” ujar Ali.
Ali berharap jenama fesyen muslim Indonesia bisa melakukan hal tersebut sehingga tanpa sponsor atau undangan tetap bisa menjual produknya karena sudah memiliki pasar sendiri.