Demokrat: Istana Tak Perlu Takut Disalahkan, Koalisi Urusan Parpol Peserta Pemilu

redaksiutama.com – Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Renanda Bachtar meminta supaya pihak istana tidak perlu merasa disalahkan. Kata dia urusan koalisi menjadi ranahnya partai politik peserta pemilu.

Kecuali kata dia Istana merasa mencoba ikut-ikutan dalam mendorong atau menjegal koalisi atau capres-cawapres tertentu.

“Koalisi itu urusan parpol, bukan urusan istana. Biarkan parpol-parpol peserta pemilu yang mengurus koalisi dan capres-cawapres,” katanya dalam keterangannya, Kamis 22 Desember 2022.

Renanda meminta supaya istana lebih fokus memikirkan jalannya pemerintahan termasuk fokus memperbaiki kondisi ekonomi.

Dia juga meminta supaya istana bekerja untuk memperbaiki nasib rakyat yang saat ini masih mengalami dampak dari pandemi.

“Banyak jadi pengangguran sejak pandemi, dan masih menganggur sampai sekarang,” ujarnya.

Rinanda justru meminta supaya istana belajar kembali ke 10 tahun di era Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ). Renanda mengklaim selama 10 tahun kepemimpinannya, SBY fokus untuk memperbaiki ekonomi, mengentaskan kemiskinan, dan menurunkan angka pengangguran.

Sedangkan di era Jokowi ini kata dia pemerintah baru mampu menurunkan 1,04 persen poin di lima tahun pertama.

Renanda mengatakan Jokowi masih memiliki waktu dua tahun untuk memperbaiki ekonomi nasional. Itu semua bisa terjadi kalau Jokowi dan kabinetnya fokus bekerja untuk rakyat, bukan sibuk melanggengkan kekuasaan.

Setidaknya, kata dia ada legacy positif yang ditinggalkan pemerintahan ini di bidang ekonomi untuk pemerintahan selanjutnya yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

“Masih ada waktu dua tahun. Jokowi dan kabinetnya kalau fokus bekerja untuk rakyat, bukan sibuk melanggengkan kekuasaan, mungkin ekonomi kita bisa membaik,” tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi (Joko Widodo) mengeluh lantaran istana selalu menjadi kambing hitam proses politik. Kata dia istana kerap disalahkan sejumlah partai politik.

Jokowi juga menduga bahwa istana kembali akan disalahkan ketika ada koalisi yang bubar sebelum pilpres.

“Yang saya takutkan nanti kalau ada yang gagal koalisi. Gagal koalisi yang dituduh Istana lagi,” ujarnya.

“Oh, Istana ini Istana. Padahal kita enggak ngerti koalisi kan antarpartai, yang ketemu kan antarketua partai,” tuturnya.***

error: Content is protected !!
Exit mobile version