Covid & Perang Gak Seberapa, Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk

redaksiutama.com – Kementerian Keuangan saat ini menyoroti ancaman yang lebih besar dibandingkan Covid-19 dan perang dunia antara Rusia Dan Ukraina. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk kesekian kalinya mengingatkan bahaya dampak dari perubahan iklim.

Hal tersebut perlu diwaspadai, karena berbagai negara dunia akan terdampak, termasuk Indonesia karena merupakan negara kepulauan.

Berbicara saat memberikan pengarahan dalam acara HSBC Summit 2022, Sri Mulyani awalnya merujuk pada riset yang diterbitkan lembaga asal Swiss pada tahun lalu. Riset tersebut mengatakan, dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi pada 2050.

“Secara bertahap, tekanan inflasi dapat timbul akibat gangguan rantai pasok nasional dan internasional akibat perubahan cuaca seperti banjir dan badai,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip Minggu (25/9/2022).

Sri Mulyani menyebut situasi ini berpotensi mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar. Bahkan, bendahara negara menyebut hal ini dapat menurunkan tingkat produk domestik bruto (PDB) lebih ke bawah.

“Bencana alam terkait perubahan iklim memperkuat argumentasi bahwa ini harus menjadi perhatian global. Meningkatnya frekuensi dan keparahan bencana alam, telah menunjukkan potensi gangguan yang nyata bahkan merusak kemajuan dalam pembangunan ekonomi,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, sejumlah indikator perubahan iklim seperti emisi gas rumah kaca, hingga tinggi permukaan laut sudah menjadi ‘alarm’ keras untuk setiap negara melakukan mitigasi agar dampak perubahan iklim dapat diatasi.

Sri Mulyani mencontohkan, pada periode 2010 hingga 2018, emisi gas rumah kaca sudah naik hingga 4,3% per tahun. Selain itu, suhu rata-rata saat ini meningkat 0,03 derajat celcius yang akhirnya juga berpengaruh ke Indonesia.

“Akibatnya permukaan air laut di Indonesia rata-rata naik 0,8-1,2 sentimeter per tahun. Anda bisa melihat, di bukan bagian dari pulau Jawa, banyak kota yang tenggelam.” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, situasi ini tentu tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, melainkan juga ekonomi secara keseluruhan. PDB Indonesia, kata dia, bahkan bisa merugi hingga 45% pada 2030 jika hal ini terus berlanjut.

“Indonesia diperkirakan berpotensi memiliki kerugian ekonomi akibat krisis iklim mencapai Rp 112,2 triliun atau 0,5 persen dari PDB pada tahun 2023 atau tahun depan,” tegas Sri Mulyani.

“Potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim ini 0,63% hingga 45% dari PDB pada 2030,” kata Sri Mulyani.

error: Content is protected !!