Banyak Orang Ngomong Resesi, Pengusaha Jadi Pusing!

redaksiutama.com – Bayang-bayang resesi global telah membuat kalangan pengusaha pusat perbelanjaan pusing. Padahal, kondisi di lapangan tingkat kunjungan di beberapa mal sudah mulai membaik. Namun adanya ancaman resesi membuat pelaku usaha di sektor pusat perbelanjaan menjadi kurang bergairah.”Jangan sebut-sebut resesi, bikin pusing. Agen-agen grosir jadi takut beli barang. Mau pegang cash takut resesi, regulasi di beresin, banyak mid upper berusaha hire pegawai dan lain-lain,” kata Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/1/23).

Ancaman resesi yang keluar dari mulut pejabat tinggi negara membuat sebagian pelaku usaha jadi sangat berhati-hati. Padahal, ekonomi dalam negeri berpeluang lebih baik dibandingkan luar negeri. Peluang pulih pun lebih terbuka jika nada optimisme yang keluar.

“Risiko resesi menurun, yang turun kan para pengekspor. Domestik bisnis sangat bisa jalan,” kata Yongky.

Sebagai gambaran, geliat ritel fesyen sudah kembali ke angka 90%, beberapa pemain bahkan sudah melewati rate tahun 2019. Jadi peluang 2023 bisa lebih digenjot. Selain fesyen, bisnis makanan dan minuman (FnB) juga kini lebih terbuka.

“FnB di mal sudah balik ke waktu 2019, tapi kan banyak pemain babak belur dan tutup dua tahun kemarin. Sekarang teman-teman di ritel FnB lebih efisien. Belajar operasional secara terbatas selama Covid-19. Jadi intinya profitability lebih bagus karena efisiensi pegawai dan supply chain,” kata Yongky.

Ketika peluang tumbuh tengah terbuka, maka nada optimis harus keluar dari pejabat tinggi negara. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap membuat pernyataan menakutkan mengenai resesi global.

“Tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara dan diperkirakan awal tahun depan sudah masuk pada resesi global,” ujarnya ketika membuka Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2022 di Jakarta, Rabu (30/11/2022).

error: Content is protected !!