redaksiutama.com – Situasi China dan Taiwan benar-benar makin panas. Minggu, setidaknya 71 pesawat tempur China mendekati Taiwan.
Dalam pernyataan pers Senin (26/12/2022), Taiwan mengatakan ‘serangan’ puluhan jet itu merupakan yang terbesar dalam satu hari selama tekanan China berlangsung sejak setahun terakhir.
Tentara China (PLA) sendiri memang telah mengumumkan melakukan latihan militer sebagai tanggapan atas ‘provokasi Amerika Serikat (AS), seiring meningkatnya bantuan keuangan Paman Sam ke Taipe.
“(Sekitar) 60 jet tempur ikut serta dalam latihan tersebut, termasuk enam pesawat tempur Su-30, beberapa di antaranya yang paling canggih di China,” bunyi postingan Kementerian Pertahanan Taiwan.
“Selain itu, 47 sorti menyeberang ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pulau itu,” tambahnya.
Penghitungan harian Taiwan menunjukkan sebagian besar pesawat melintasi “garis median” yang membentang di Selat Taiwan yang memisahkan kedua sisi. Sementara jumlah yang lebih kecil melewati ADIZ barat daya Taiwan.
ADIZ Taiwan sendiri jauh lebih besar daripada wilayah udaranya. Ini tumpang tindih dengan sebagian ADIZ China dan bahkan mencakup sebagian daratan.
Sementara itu, menurut database AFP, ada lebih dari 1.700 ‘serangan’ serupa China sepanjang tahun ini ke Taiwan, jika dibandingkan dengan 969 serangan di 2021. Kementerian pertahanan Taiwan mencatat sekitar 380 serangan pada 2020.
Sebelumnya Beijing marah dengan sikap terbaru Presiden AS Joe Biden ke Taiwan. Di mana akhir pekan, ia mengatakan akan mempertahankannya secara militer jika diserang oleh China.
AS diketahui telah meningkatkan dukungan untuk Taiwan. Desember ini parlemen mengesahkan US$10 miliar bantuan militer, yang Beijing nyatakan sebagai “penentangan keras”.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa kerja sama antara Taipei dan Washington akan “membantu (mempertahankan) kebebasan”. Termasuk keterbukaan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Ketegangan China dan Taiwan dikhawatirkan mendorong Beijing melakukan invasi ke Taipe. Apalagi Presiden China Xi Jinping kerap mengungkit “penyatuan kembali” Taiwan.
China disebut bisa termotivasi karena serangan Rusia ke Ukraina. Belum lagi pernyataan Xi yang mengatakan “bersatunya Taiwan tak bisa diteruskan ke generasi mendatang”.