redaksiutama.com – Penahanan mantan Presiden Peru , Pedro Castillo membuat situasi di ibukota Lima tak terkendali.
Aksi unjuk rasa menolak penahanan dan pencopotan Pedro Castillo pun berubah menjadi tragedi.
Setidaknya 17 orang tewas dalam aksi unjuk rasa ini.
Pedro Castillo disingkirkan oleh suara luar biasa dari anggota parlemen dan menuduhnya ‘ketidakmampuan moral permanen hanya beberapa jam setelah ia memerintahkan pembubaran Parlemen pada 7 Desember 2022.
Castillo, putra petani dan mantan guru itu membantah semua tuduhan. Ia bahkan mengklaim merupakan presiden sah dari Peru .
Menteri Pendidikan Patricia Correa dan Menteri Kebudayaan Jair Perez memutuskan untuk mengundurkan diri dari Kabinet Peru , Jumat 16 Desember 2022.
Correa dan Perez mengumumkan pengunduran diri mereka melalui Twitter.
“Pagi ini saya menyerahkan surat pengunduran diri sebagai menteri pendidikan. Kematian teman-teman sebangsa itu tidak bisa diterima. Negara tidak boleh bertindak keterlaluan dan menyebabkan orang kehilangan nyawa,” kata Correa.
PBB menyatakan keprihatinannya terhadap tragedi di Peru .
Pasalnya, dari laporan yang diterima, korban kebanyakan merupakan remaja. Bahkan beberapa anak di bawah umur juga ikut ditahan.
Di sisi lain Mahkamah Agung Peru memerintahkan penahanan praperadilan selama 18 bulan terhadap Castillo, yang sedang diselidiki atas tuduhan “pemberontakan dan persekongkolan.”
Pada Rabu 14 Desember 2022, Peru menyatakan keadaan darurat nasional setelah tragedi ini muncul.***