redaksiutama.com –
KYIV, KOMPAS.com – Rusia menyebut kematian puluhan tentaranya dalam serangan roket Ukraina di Makiivka pada malam tahun baru disebabkan karena penggunaan ponsel.
Rusia menuturkan, ada tentaranya yang menggunakan ponsel secara ilegal di medan perang sehingga posisinya terlacak oleh Ukraina.
Sejumlah pihak mengkritik alasan ponsel tersebut hanyalah upaya untuk mengalihkan kesalahan.
Akan tetapi, jika pasukan Ukraina benar-benar memanfaatkan geolokasi ponsel untuk melancarkan serangan roket, hal itu justru mengungkapkan kecerobohan operasional tentara Rusia di medan perang menurut para analis.
Dilansir dari AFP, jika klaim Rusia itu ternyata benar, serangan roket tersebut juga menjadi contoh terbaru dari peran penting geolokasi dalam peperangan.
Pada 1996, rudal udara-ke-permukaan Rusia membunuh Presiden Chechnya Dzhokhar Dudayev setelah lokasinya terlacak karena telepon satelit yang dia gunakan.
Pada Januari 2018, tentara AS menemukan bahwa data dari aplikasi kebugaran Strava Labs memungkinkan penempatan pasukannya di pangkalan di Afghanistan, Irak, dan Suriah.
Research Associate di The Soufan Center Joseph Shelzi yang berbasis di New York mengatakan, serangan di Makiivka merupakan sebuah pengingat.
“Penggunaan ponsel di medan perang sangat berbahaya dan jarang sepadan dengan risiko yang akan muncul,” kata Shelzi.
Dia menuturkan, pemerintah memiliki jangkauan pengamatan yang tinggi atas apa yang terjadi terhadap jaringan telekomunikasi domestiknya.
“Militer Ukraina telah terbukti sangat mahir menggabungkan potongan-potongan informasi untuk menargetkan pasukan Rusia,” tambah Shelzi.
Di Rusia sendiri, media pro-Kremlin dan blogger militer menegaskan bahwa tentara Rusia tidak boleh meremehkan kemampuan Ukraina dalam mengeksploitasi keamanan operasional yang buruk di garis depan.
Lembaga think tank Institute for the Study of War menyampaikan, seorang sumber meminta Rusia untuk menerapkan aturan yang lebih ketat tentang penggunaan ponsel di antara prajuritnya.
AFP melaporkan, para tentara Rusia kala itu kemungkinan mengirim kabar kepada keluarga mereka karena momen tahun baru.
Di satu sisi, sejumlah analis menuturkan teknologi Rusia yang tidak memadai juga menjadi masalah dan bahkan lebih sulit untuk diperbaiki.
“Kualitas teknologi Rusia hanyalah mitos. Mereka tidak lagi bagus, sudah berakhir,” kata Stephane Dubreuil, pakar telekomunikasi dari Perancis.
Dia menuturkan, tentara Rusia sebenarnya memakai ponsel terenkripsi pada awal-awal perang.
“Akan tetapi, itu adalah telepon generasi lawas dari 1980-an hingga 1990-an yang mengalami masalah. Jadi mereka mulai menggunakan telepon sipil sebagai gantinya,” lanjut Dubreuil.
Di sisi lain, penggunaan peralatan sipil untuk tujuan operasional perang memerlukan kedisiplinan tertentu, sebuah langkah yang kurang dimiliki oleh tentara Rusia.
Seorang analis dari Janes, Nick Brown, mengatakan kepada AFP bahwa keamanan bisa dengan cepat berantakan jika disiplin komunikasi rusak dan akses pasukan ke perangkat pribadi tidak dikontrol dengan ketat.
Janes merupakan badan intelijen pertahanan swasta Inggris.
Brown menuturkan, Rusia tampaknya kurang memiliki kendali atas penggunaan teknologi komunikasi pribadi di kalangan tentaranya.
Kesenjangan keamanan komunikasi Rusia semakin menambah daftar kelemahan Rusia yang terungkap sejak Moskwa menyerang Ukraina pada Februari 2022.
Di antara kelemahan yang sudah tampak seperti logistik, intelijen, struktur komando, peralatan, dan koordinasi taktis.
Dubreuil berujar, serangan di Makiivka juga menunjukkan bahwa Kyiv seringkali memiliki perangkat keras yang lebih baik, berkat Barat.
Menentukan dengan tepat posisi musuh melalui geolokasi membutuhkan perhitungan yang tepat dan kekuatan pemrosesan yang hanya mampu dilakukan oleh sangat sedikit pemerintah di dunia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.