redaksiutama.com – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia dapat mengubah doktrin militernya dengan memperkenalkan kemungkinan serangan pendahuluan guna melucuti senjata musuh, dengan referensi yang jelas untuk serangan nuklir .
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (10/12/2022), Putin mengatakan hal itu saat merespons pertanyaan dari seorang reporter yang memintanya untuk mengklarifikasi pernyataannya awal pekan ini tentang penggunaan senjata nuklir .
Berbicara kepada wartawan hanya beberapa hari setelah memperingatkan bahwa risiko perang nuklir meningkat tetapi Rusia tidak akan menyerang lebih dulu, Putin mengatakan Moskow sedang mempertimbangkan apakah akan mengadopsi apa yang dia sebut sebagai konsep serangan pendahuluan (pre-emptive) Washington.
“Pertama-tama, Amerika Serikat memiliki konsep serangan pendahuluan. Kedua, AS sedang mengembangkan sistem serangan perlucutan senjata,” kata Putin kepada wartawan di Kyrgyzstan.
Putin mengatakan Moskow mungkin perlu berpikir untuk mengadopsi “ide-ide AS untuk memastikan keamanan mereka sendiri.”
“Kami baru memikirkannya,” katanya.
“Jika musuh potensial percaya bahwa adalah mungkin untuk menggunakan konsep serangan pendahuluan, tetapi kami tidak melakukannya, maka hal ini membuat kami berpikir tentang ancaman yang ditimbulkan oleh ide-ide semacam itu kepada kami,” ujarnya.
Putin mengklaim bahwa rudal jelajah dan sistem hipersonik Rusia “lebih modern dan bahkan lebih efisien” daripada yang ada di Amerika Serikat.
Lihat juga Video: Putin Nyetir Mobil Keliling Daerah Perang Krimea
Sebelumnya pada hari Rabu, Putin memperingatkan bahwa ketegangan nuklir meningkat, meskipun dia bersikeras bahwa Moskow tidak akan menjadi yang pertama menggunakan senjata atom.
Pada saat yang sama dia berkata: “Jika kami bukan yang pertama menggunakannya dalam keadaan apa pun, maka kami juga tidak akan menjadi yang kedua yang menggunakannya.”
Pada hari yang sama, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menegur pemimpin Rusia itu, dengan mengatakan “setiap pembicaraan tentang senjata nuklir sama sekali tidak bertanggung jawab.”
Setelah puluhan tahun, kini mimpi buruk perang nuklir telah bangkit kembali sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada bulan Februari lalu.
Dengan Moskow mengalami kemandekan dalam invasinya di Ukraina, kebuntuan militer telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya untuk mencapai terobosan militer.