redaksiutama.com – Mark Rutte menyampaikan permohonan maaf secara resmi atas nama negara Belanda terkait dengan penjajahan yang telah dilakukan Belanda dahulu kala. Terlebih, soal perdagangan budak atau kejahatan terhadap manusia.
Perdana Menteri Belanda tersebut mengatakan tak bisa mengelak soal sejarah dan masa lalu Belanda . Hal tersebut pun tidak bisa dihapus dalam sejarah dan hanya bisa dihadapi.
Lebih lanjut, Mark Rutte mengatakan bahwa Belanda memikul tanggung jawab atas penderitaan yang diterima oleh para korban perbudakan tersebut, termasuk mereka yang dikomodifikasi, dieksploitasi, dan diperdagangkan atas nama negara Belanda .
“Memang benar tidak ada yang hidup hari ini yang menanggung kesalahan pribadi atas perbudakan . Tetapi negara Belanda memikul tanggung jawab atas penderitaan luar biasa dari mereka yang diperbudak, dan keturunan mereka,” katanya, dikutip pada Selasa, 20 Desember 2022.
Kemudian, Mark Rutte pun menyampaikan permohonan maaf soal perbudakan tersebut atas nama Belanda .
“Hari ini, atas nama pemerintah Belanda , saya meminta maaf atas tindakan negara Belanda di masa lalu,” ujarnya melanjutkan.
Namun, para pegiat mengatakan bahwa seharusnya permintaan maaf tersebut disampaikan oleh Raja Belanda , Willem-Alexander.
Sebagai informasi, Belanda menjadi salah satu negara terakhir yang melarang praktik perbudakan . Namun, masih butuh waktu sekitar satu dekade lagi untuk mengakhiri hal tersebut di Suriname lantaran masa transisi wajibnya adalah 10 tahun.
Sebagai informasi, Pulau Curaçao di Karibia pernah direbut untuk dijadikan sebagai pusat perdagangan budak dan pada tahun 1667, Belanda pun merebut Suriname.
Sebanyak 1.000 orang juga pernah diculik oleh Perusahaan Hindia Barat Belanda dari Gold Coast (sekarang Ghana) ke Brazil yang kemudian dipekerjakan di area perkebunan.
Kemudian, Belanda mengubah area tersebut menjadi koloni perkebunan yang sangat bergantung pada tenaga kerja budak dari Afrika
Selain itu, Perusahaan Hindia Timur Belanda juga membawa orang-orang yang diperbudak, terutama dari anak benua India ke Indonesia dan dari Madagaskar ke Cape Town.
Diketahui, para sejarawan menghitung bahwa para budak tersebut menyumbang lebih dari 10 persen produk domestik bruto Belanda .***