Pesawat NASA Tabrak Asteroid dengan Kecepatan 22.500 Km Per Jam untuk Ubah Orbit

redaksiutama.com – Pesawat luar angkasa NASA menabrak asteroid dengan kecepatan tinggi pada Senin (26/9/2022), dalam uji coba menjauhkan asteroid dari Bumi untuk kali pertama.

DART –nama pesawat NASA tersebut–menabrak asteroid tidak berbahaya yang berjarak 9,6 juta kilometer jauhnya dari Bumi, dengan kecepatan 22.500 kilometer per jam

Para ilmuwan memperkirakan, dampak benturan akan menciptakan kawah, melemparkan bebatuan dan tanah ke luar angkasa, dan yang paling penting adalah mengubah orbit asteroid.

“Kita menabraknya!” kata Elena Adams dari Mission Control sambil melompat-lompat dan mengacungkan tangannya ke atas, dikutip dari Associated Press pada Selasa (27/9/2022).

Teleskop di seluruh dunia dan luar angkasa diarahkan pada titik yang sama di langit untuk mengabadikan momen itu.

Meskipun tabrakannya langsung terlihat, sinyal radio DART tiba-tiba berhenti dan akan membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk menentukan seberapa banyak jalur asteroid berubah.

Misi senilai 325 juta dollar AS (Rp 4,92 triliun) ini adalah upaya pertama untuk menggeser posisi asteroid atau obyek alami lainnya di luar angkasa.

Sebelumnya pada hari itu, Kepala NASA Bill Nelson mengingatkan orang-orang melalui Twitter, “Tidak, ini bukan plot film.”

Dia menambahkan dalam video yang direkam sebelumnya, “Kita semua pernah melihatnya di film seperti Armageddon, tetapi taruhannya di kehidupan nyata tinggi.”

Cara kerja DART menabrak asteroid

Target DART adalah asteroid berukuran 160 meter bernama Dimorphous. Ini adalah moonlet dari Didymos (bahasa Yunani untuk kembaran).

Didymos yang berputar cepat ukurannya lima kali lebih besar dari Dimorphous. Didymos melemparkan material yang membentuk asteroid kecil-kecil.

Dimorphous dan Didymos sudah mengorbit matahari selama ribuan tahun tanpa mengancam Bumi, menjadikan mereka kandidat uji penyelamat dunia yang ideal.

Diluncurkan pada November 2021, DART (kependekan dari Double Asteroid Redirection Test) yang ukurannya hanya sebesar mesin penjual otomatis, diarahkan ke targetnya menggunakan teknologi baru yang dikembangkan oleh Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins selaku pembuat pesawat ruang angkasa dan manajer misi.

Kamera onboard Dart , bagian penting dari sistem navigasi pintar ini, mengamati Dimorphous hampir satu jam sebelum menabraknya.

Setelah tabrakan terjadi, pengendali penerbangan bersorak, berpelukan, dan saling tos. Misi mereka selesai, dan tim Dart langsung berselebrasi. Tidak ada kesedihan atas kematian pesawat luar angkasa itu.

“Dia memenuhi takdirnya,” kata Betsy Congdon, pimpinan mekanik Johns Hopkins.

Para ilmuwan bersikeras bahwa Dart tidak akan menghancurkan Dimorphous karena hanya seberat 570 kilogram, dibandingkan dengan asteroid yang ditabraknya berbobot 5 miliar kilogram.

Namun, itu seharusnya cukup untuk mengurangi orbitnya yang berputar selama 11 jam 55 menit di sekitar Didymos.

Tabrakannya akan mengurangi 10 menit dari itu. Pergeseran orbit sebesar 1 persen mungkin tidak terdengar banyak, menurut para ilmuwan, tetapi mereka menekankan itu akan menjadi perubahan signifikan selama bertahun-tahun.

error: Content is protected !!