redaksiutama.com – Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya berhasil menguji coba rudal hipersonik yang diluncurkan dari udara secara sepenuhnya. Kesuksesan itu dicapai setelah program rudal hipersonik AS beberapa kali mengalami kemunduran karena rentetan kegagalan saat uji coba.
Seperti dilansir CNN, Selasa (13/12/2022), prototipe lengkap dari Senjata Respons Cepat yang diluncurkan dari udara, atau yang disebut ARRW, berhasil diluncurkan dari sebuah pesawat pengebom strategis B-52 yang mengudara di atas pantai California pada Jumat (9/12) pekan lalu.
Rudal AGM-183A, sebut Test Wing ke-96, berhasil mencapai kecepatan hipersonik lebih dari lima kali kecepatan suara dan meledak di area terminal. Menurut Angkatan Udara AS, semua target dari uji coba itu telah tercapai.
ARRW merupakan rudal jenis boost-glide yang menggunakan roket pendorong untuk mempercepat proyektil menuju kecepatan hipersonik. Sebuah kendaraan seluncur kemudian memisahkan diri dari roket pendorong dan menggunakan inersia untuk melaju ke target dalam kecepatan hipersonik.
Uji coba ini menjadi yang pertama dilakukan untuk keseluruhan sistem, atau yang disebut uji coba All-Up-Round. Peluncuran-peluncuran sebelumnya hanya fokus pada roket pendorong saja.
Tahun lalu, uji coba rudal ARRW mengalami rentetan kegagalan yang memaksa Angkatan Udara AS menunda program tersebut. Angkatan Udara AS menggambarkan kegagalan itu sebagai ‘anomali’.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS telah meningkatkan penekanan pada uji coba dan pengembangan rudal hipersonik, terutama setelah China dan Rusia mampu menunjukkan kemajuan dalam program hipersonik mereka.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga ‘AS dan China Berlomba-lomba Kirim Astronaut ke Bulan’:
Rusia diketahui telah mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal dalam invasinya ke Ukraina, yang menandai pertama kalinya senjata jenis tersebut digunakan dalam perang. Sementara China, tahun lalu telah menggelar uji coba rudal hipersonik yang dilaporkan mampu mengudara mengelilingi dunia sebelum mengenai target.
Senjata hipersonik mampu mengudara pada kecepatan lebih cepat dari Mach 5, atau sekitar 4.000 mil per jam atau 6.437 kilometer per jam, yang menjadikan senjata ini sulit untuk dideteksi dan dicegat tepat waktu. Rudal hipersonik juga mampu bermanuver dan memvariasikan ketinggian, yang memungkinkan rudal ini menghindari sistem pertahanan rudal.
Saat negara-negara adidaya lainnya mendorong maju pengembangan senjata hipersonik mereka, AS mendapati dirinya semakin tertinggal jauh akibat rentetan kegagalan uji coba.
Pada Mei lalu, Pentagon melaporkan sebuah sistem hipersonik lainnya yang disebut Common Hypersonic Glide Body gagal dalam uji coba pertama karena adanya ‘anomali’. Uji coba sebelumnya untuk sistem yang sama, yang dilakukan secara gabungan antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut, juga mengalami kegagalan.
Sejak saat itu, Pentagon berupaya meningkatkan kecepatan uji coba hipersonik, serta upaya penelitian dan pengembangannya. Salah satunya dengan meminta bantuan dari universitas-universitas untuk aspek-aspek rudal canggih yang lebih rumit.