Pemilu Italia: Arti Kemenangan Koalisi Kanan-Tengah Giorgia Meloni

redaksiutama.com – Koalisi kanan-tengah yang dipimpin oleh politikus Giorgia Meloni memenangkan mayoritas suara parlemen dalam pemilihan umum (pemilu) Italia pada hari Minggu (25/9/2022), menurut exit poll.

Berbicara pada Senin (26/9/2022) pagi, Meloni mengatakan Italia telah mengirim “pesan yang jelas” dalam mendukung aliansinya.

“Jika kami dipanggil untuk memerintah negara ini, kami akan melakukannya untuk semua rakyat Italia, dengan tujuan menyatukan rakyat, mengutamakan apa yang menyatukan mereka daripada apa yang memisahkan mereka,” katanya kepada para wartawan. “Kami tidak akan mengkhianati kepercayaan Anda.”

Pernyataan itu dilontarkan tak lama setelah kelompok kiri-tengah utama, Partai Demokrat (PD), mengakui kekalahannya.

“Ini adalah malam yang menyedihkan bagi negara ini,” Debora Serracchiani, anggota senior parlemen PD, mengatakan kepada wartawan dalam komentar resmi pertama setelah hasil pemilu. “(Kanan) memiliki mayoritas di parlemen, tetapi tidak di negara ini,” tambah Serracchiani.

Apa hasil dari exit poll?

Pemungutan suara ditutup pada pukul 11 malam waktu setempat pada hari Minggu (25/9/2022). Exit poll menunjukkan aliansi Partai Persaudaraan Italia yang dipimpin oleh Meloni, telah mengamankan sekitar 45 persen suara. Partai Meloni sendiri memperoleh 26 persen dari total suara, menjadikannya kelompok tunggal terkuat dalam jajak pendapat.

Aliansi kiri-tengah, yang dipimpin oleh Partai Demokrat, adalah blok terkuat kedua, dengan perolehan suara mencapai 29 persen.

Gerakan Bintang Lima (M5S) berhasil meraih 16,5 persen suara, menyusul laporan lonjakan dukungan di menit-menit terakhir setelah moratorium pemungutan suara diberlakukan. Sekitar 51,5 juta orang memenuhi syarat untuk memberikan suara.

Kementerian Dalam Negeri menempatkan jumlah pemilih secara keseluruhan di angka 64 persen, yakni jauh lebih rendah dari pemilu tahun 2018 yang mencatat rekor jumlah pemilih sebesar 73 persen. Proyeksi menunjukkan bahwa aliansi kanan-tengah menang di antara 227 dan 257 kursi dari 400 kursi di majelis parlemen, dan 111 hingga 131 kursi dari 200 kursi senat.

Aliansi kiri-tengah, yang dipimpin oleh Partai Demokrat, diproyeksikan telah mengamankan 88 kursi di majelis parlemen dan 42 kursi di senat.

Siapa yang menjadi bagian dari koalisi pemenang?

Partai Persaudaraan Italia Meloni beraliansi dengan Partai Liga Anti-Migran Matteo Salvini, serta partai sayap kanan Forza Italia yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi.

Meloni berkampanye dengan moto “Tuhan, negara, dan keluarga.” Nasionalis berusia 45 tahun itu meremehkan akar pasca-fasis partainya dan berusaha mempromosikannya sebagai kelompok konservatif arus utama.

Dia telah menolak tuduhan sebagai seorang fasis dan semakin melunakkan beberapa retorika sayap kanan. Namun, pada bulan Juni, dia mencerca apa yang disebut lobi LGBT, “imigrasi massal”, dan “keuangan internasional yang besar.”

Meskipun dia dikenal karena sikapnya yang skeptis, dia telah mengabaikan seruannya kepada Roma untuk meninggalkan zona euro. Sebaliknya, dia ingin Italia lebih menegaskan kepentingannya di Uni Eropa.

Bagaimana reaksi politisi sayap kanan di Eropa?

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan mitranya dari Polandia, Mateusz Morawiecki, memberikan selamat kepada Meloni setelah exit poll menunjukkan bahwa koalisinya menang.

“Di masa-masa sulit ini, kami membutuhkan lebih dari sebelumnya teman yang memiliki visi dan pendekatan yang sama untuk menghadapi tantangan Eropa,” kata penasihat politik Orban, Balazs Orban.

Anggota parlemen dari partai AfD sayap kanan Jerman dan partai Reli Nasional Perancis juga memuji kemenangan sayap kanan di Italia. “Kami merayakannya dengan Italia!” tulis anggota parlemen AfD Beatrix von Storch pada Minggu (25/9/2022) malam di akun Twitter-nya.

“Swedia di utara, Italia di selatan: pemerintah sayap kiri adalah berita kemarin,” tulisnya, mengacu pada hasil pemilu Swedia baru-baru ini yang menandai kemenangan signifikan bagi sayap kanan Demokrat Swedia.

Anggota parlemen Eropa Jordan Bardella dari Perancis mengatakan rakyat Italia telah memberikan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen “sebuah pelajaran tentang kerendahan hati.”

Pekan lalu, von der Leyen mengatakan Brussels memiliki alat yang dapat digunakan jika pemerintah sayap kanan baru di Italia gagal mengikuti aturan Uni Eropa (UE). Pernyataannya adalah referensi yang jelas untuk sebuah mekanisme yang memungkinkan UE untuk menangguhkan pendanaan bagi anggota yang dianggap tidak demokratis.

“Tidak ada ancaman apa pun yang dapat menghentikan demokrasi,” kata Bardella. “Warga Eropa mengangkat kepala mereka dan kembali mengambil takdir mereka ke tangan mereka sendiri.”

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul .

error: Content is protected !!