Mimin Mintarsih perjuangkan pendidikan anak Indonesia di Malaysia

redaksiutama.com – Berawal dengan 50 murid, kiniMimin Mintarsih membantu memperjuangkan hak pendidikan bagi 162 anak Indonesia di Semenanjung Malaysia lewat pendidikan nonformal Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5.

Penyandanggelar S1 Syari’ah dari Institut Islam Hasyim Asy’ari itu mengatakan di Kuala Lumpur, Kamis, bahwa semua berawal di 2019, saat diberi kepercayaan dan dukungan olehAtase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur untuk membuka sebuah sanggar bimbingan bagi anak pekerja migran Indonesia (PMI) tanpa dokumen.

Ibu lima anak kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu berhasil mengubah keterbatasan ruang dan fasilitas menjadi kesempatan bagi anak-anak Indonesia di Semenanjung Malaysia yang belum pernah mendapat akses pendidikan sejak lahir.

“Kalau saya batasi, anak semakin hari semakin bertambah umur, sedangkan kita ada peluang (untuk memberikan akses belajar) itu. Kenapa kita tidak memberi kesempatan kepada mereka?” ujar Mimin, saat ditanya alasan mengapa tidak lagi membatasi jumlah murid dengan 50 anak saja.

Menurut Ketua Pengurus Cabang Istimewa Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Malaysia itu, butuh waktu dan kerja sama dengan banyak pihak untuk meyakinkan para PMI yang menjadi orang tua murid agar mendaftarkan anak-anak mereka ke sanggar bimbingan.

“Saya yakin orang tua itu, sekeras apapun, kalau kita kasih pengertian akan paham. Dan kenapa saya bisa lalui? Sebab di belakang saya banyak orang-orang hebat. Tidak hanya saya yang hebat. Saya enggak ada apa-apanya tanpa bantuan mereka di belakang saya,” ujar Mimin, yang mengaku sudah merasakan 27 kali Lebaran di Malaysia.

Para guru, orang tua, anggota Muslimat NU, kata dia, semua ada di belakangnya untuk membantu.

“Tanpa orang tua yang mau kerja sama, saya enggak mampu juga melakukan ini,” katanya.

Saat ini, istri dari ustaz Liling Sibro Milisi itu juga berhasil mengembangkan pesantren, tempat pendidikan lanjutan bagi anak-anak PMI di Malaysia yang setara dengan sekolah menengah pertama (SMP). Pondok pesantren tersebut dibangun di atas tanah wakaf yang berlokasi di Tanjung Sepang, Malaysia.

error: Content is protected !!
Exit mobile version