Lagu Pembuka Piala Dunia, Jungkook, dan Fenomena Soft Power

redaksiutama.com – akbar Piala Dunia Qatar FIFA World Cup 2022 menjadi salah satu peristiwa paling menyita perhatian publik. Pertandingan demi pertandingan berlangsung menjadi hiburan global.

Untuk mereka yang tinggal di negara dengan perbedaan waktu signifikan dengan Qatar, penonton sampai rela begadang demi menyaksikan laga kelas dunia, penuh kualitas, dan sportifitas.

Peristiwa hebat ini tentu tidak hanya mengajari bagaimana sepakbola berkualitas dan penyelenggaraan apik berkelas. Momen ini juga selalu lekat dengan unsur pendukungnya yang dinanti masyarakat dunia.

Unsur pendukung itu, salah satunya adalah lagu resmi Piala Dunia (World Cup offcial song).

Lagu resmi paling populer adalah Dreamers yang dibawakan Jungkook, vokalis BTS Grup asal Korea Selatan yang paling populer di dunia.

Lagu Dreamers dirilis pada 20 November 2022, saat pembukaan kompetisi olahraga paling spektakuler itu.

Dreamers ditulis oleh Jungkook, Mustapha El Ouardi, dan Pat Devine RedOne. Lagu itu kemudian dinyanyikan Jungkook bersama Fahad Al Kubaisi dan dijadikan sebagai soundtrack resmi Piala Dunia FIFA 2022.

Sebagaimana dilansir The Daily Star dalam laporannya dengan judul Jungkook sets new US, iTunes record with World Cup song ‘Dreamers’ (22/11/2022), menulis dengan penuh antusias bahwa personel BTS Jungkook telah mencetak rekor baru di AS, dan menyapu tangga lagu iTunes dengan lagu Piala Dunia FIFA “Dreamers”.

Lebih lanjut, The Daily Star melaporkan, segera setelah dirilis, lagu itu langsung melesat ke puncak tangga lagu iTunes di banyak negara.

Hanya 13 jam setelah pertama kali dirilis, singel tersebut telah mencapai No. 1 di tangga lagu iTunes Top Songs di setidaknya 102 wilayah berbeda, termasuk delapan pasar musik terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Perancis, Kanada, Australia, Jerman, dan Italia.

Masih menurut The Daily Star, “Dreamers” juga mencetak rekor baru untuk lagu Piala Dunia FIFA tercepat mencapai No. 1 di tangga lagu iTunes Top Songs di Amerika Serikat.

Lagu tersebut hanya membutuhkan waktu 2 jam 11 menit untuk menduduki puncak tangga lagu, menurut News Herald Korea Selatan.

Soft power

Jungkook adalah bagian dari booming serba Korea saat ini. Keberhasilan ini bukanlah hasil upaya instan. Ini adalah hasil kerja sistemik puluhan tahun yang berhasil menyihir dunia.

Pemerintah Korea Selatan sangat paham atas kedigdayaan konten hak cipta seperti lagu, musik, film, komik, novel yang bukan semata menjadi karya seni.

Tetapi juga menjadi bagian dari ekonomi, budaya yang bisa diekspor, bahkan sebagai senjata diplomasi dan gerakan sosial global.

Dilansir dari Martin Roll, Business & Brand Leadership 2021, yang menyajikan laporan Korean Wave (Hallyu) – The Rise of Korea’s Cultural Economy & Pop Culture menyatakan bahwa, gelombang Korea (Hallyu) mengacu pada popularitas global ekonomi budaya Korea Selatan yang mengekspor budaya pop, hiburan, musik, drama TV, dan film.

Hallyu secara harfiah berarti “Gelombang Korea” merujuk pada pertumbuhan fenomenal budaya Korea dan budaya populer yang mencakup segala hal mulai dari musik, film, drama hingga game online, dan masakan Korea.

Korea Selatan adalah negara yang memiliki program dan kebijakan khusus untuk menjadi pengekspor budaya populer ke berbagai belahan dunia.

Mereka mengembangkan “soft power”, istilah yang diciptakan pada 1990 oleh ilmuwan politik Harvard Joseph Nye.

Konsep ini mengacu pada kekuatan tak berwujud yang dimiliki suatu negara melalui citranya, bukan melalui kekuatan keras.

Kehadiran teknologi digital dan dimasukinya era Industri 5.0 semakin mengukuhkan langkah Korea Selatan memajukan industri “soft skillnya” itu menjadi sebuah soft power.

The New York Times (3/11/2021) menulis bahwa Korea Selatan dulunya terkenal dengan mobil dan smartphone, tetapi audiens global telah terpesona oleh hiburannya. Para kreatornya mengatakan bahwa kesuksesan tidak terjadi dalam semalam.

Menurut Joseph Nye, Profesor dan mantan Dekan Harvard’s Kennedy School of Government itu, contoh soft power yang dilakukan Amerika Serikat sebelumnya adalah bagaimana AS membujuk dunia untuk membeli jeans Levi’s, iPhone Apple, rokok Marlboro, minuman ringan Coca-Cola, dan film Hollywood, dengan memanfaatkan citra yang diinginkan (Joseph Nye Faculty profiles Joseph Nye Harvard University Distinguished Service Professor, Emeritus, Copyright © 2022 The President and Fellows of Harvard College)

Seperti kita ketahui, BTS selama ini berhasil meraih banyak penghargaan bergengsi seperti Billboard Music Award, American Music Award, dan MTV Video Music Award yang biasanya hanya didominasi musisi Barat.

Penggemar mereka berasal dari seluruh dunia. Jutaan penggemar setia BTS tergabung dalam akun ARMY (Adorable Representative M.C. for Youth).

BTS juga menjadi corong diplomasi Korea Selatan. Bahkan pimpinan negaranya dengan rendah hati menyatakan, diplomasi BTS lebih didengar dunia daripada mereka.

BTS berkontribusi terhadap perekonomian Korea Selatan hingga 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 71 triliun (kurs Rp 14.200) per tahun atau setara dengan sekitar 0,5 persen dari keseluruhan ekonomi Korea Selatan.

Sementara itu dikutip dari Forbes, pada tahun 2019 lalu, BTS menyumbang sebesar 4,65 miliar dollar AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan.

Fortune.com edisi 17 oktober 2022, merilis berita antara 2014 dan 2023, para analis memproyeksikan BTS akan menyumbang 29,1 triliun dollar AS untuk ekonomi Korea Selatan. Namun kontribusi itu saat ini terganggu karena program wajib militer untuk para personel BTS di negerinya.

Salah satu lagu BTS Fake Love, mendapat viewers di kanal Youtubenya tidak kurang dari 1,1 Miliar viewers. Inilah soft power yang berasal dari konten Hak Cipta, yang telah menjadi gerakan sosial global.

BTS juga diakui lembaga internasional, terbukti mereka diundang untuk berpidato di Sidang Umum PBB di New York. Di forum itu mereka mengampanyekan vaksinasi.

BTS mengatakan, istilah vaksinasi seperti tiket untuk bertemu penggemar kami, dan bisa berdiri di sini hari ini. Pesan ini begitu kuat memengaruhi penggemarnya untuk mengikuti program vaksinasi.

Indonesia juga memiliki segudang musisi, penyanyi andal, komposer, sineas, artis peran, dan kreator hebat.

Membuat program sistemik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi sebuah soft power yang bisa diekspor secara global tentu sangat mungkin untuk dilakukan.

error: Content is protected !!