redaksiutama.com – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dilaporkan telah ‘menyingkirkan’ mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Ri Yong Ho . Sosok Ri diketahui memainkan peran penting dalam pertemuan bersejarah antara Kim Jong Un dengan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump beberapa tahun lalu.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (6/1/2023), hal itu diungkapkan oleh sejumlah anggota parlemen Korea Selatan (Korsel) yang mendapatkan pengarahan secara tertutup dari para pejabat intelijen Seoul soal situasi terkini di Korut pada Kamis (5/1) waktu setempat.
Ri tidak lagi terlihat di hadapan publik sejak perundingan denuklirisasi dengan AS terhenti menyusul pertemuan penting antara Kim Jong Un dan Trump di Vietnam awal tahun 2019, yang gagal memberikan hasil konkret. Kim Jong Un dan Trump diketahui bertemu langsung sebanyak dua kali pada tahun 2018 dan 2019.
Namun laporan surat kabar Jepang, Yomiuri Shimbun, yang mengutip sejumlah sumber melaporkan pada Rabu (4/1) waktu setempat bahwa Ri telah dieksekusi mati tahun lalu.
Dituturkan salah satu anggota komisi intelijen parlemen Korsel, Yoo Sang Bum, bahwa Dinas Intelijen Nasional Korsel (NIS) mengungkapkan kepada para anggota parlemen jika Ri telah ‘disingkirkan’ namun tidak diketahui secara jelas apakah dia dieksekusi mati.
“Mereka mengonfirmasi penyingkiran Ri, tapi bukan eksekusi matinya,” tutur Yoo kepada wartawan setempat setelah mendapatkan pengarahan intelijen.
Yoo mengatakan bahwa NIS tidak menjelaskan alasan Ri ‘disingkirkan’ oleh Kim Jong Un. Para anggota parlemen Korsel juga tidak bisa mengonfirmasi laporan Yomiuri Shimbun yang menyebut sejumlah diplomat yang bekerja di Kedutaan Besar Korut di Inggris telah dieksekusi mati.
Nama Ri terakhir kali disebutkan dalam media pemerintah Korut pada April 2020, ketika dia dicopot dari jabatannya di Komisi Urusan Negara — badan pengambil keputusan tertinggi yang dipimpin Kim Jong Un. Ri juga dipecat dari jabatannya sebagai Menlu beberapa bulan sebelumnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sebagai seorang diplomat karier dengan tutur kata lembut dan pengalaman bertahun-tahun dalam perundingan nuklir, Ri mendampingi Kim Jong Un dalam kunjungan ke Singapura dan Vietnam untuk bertemu Trump tahun 2018 dan 2019 lalu.
Ri menggelar konferensi pers tak lama setelah pertemuan Kim Jong Un dan Trump di Hanoi gagal mencapai hasil konkret. Saat itu Ri menyatakan bahwa Kim Jong Un mengajukan ‘proposal yang realistis’ namun Trump menuntut lebih banyak konsesi.
Ada sejumlah laporan media yang membahas soal eksekusi mati sejumlah pejabat Pyongyang yang terlibat dalam pertemuan bersejarah yang berujung kegagalan itu, namun beberapa pejabat akhirnya muncul kembali di media pemerintah Korut setelah beberapa saat.
Selain soal Ri, sebut Yoo kepada wartawan setempat, NIS juga membahas soal pemecatan seorang pejabat Pyongyang lainnya, Pak Jong Chon, yang dijuluki sebagai pejabat militer paling berpengaruh nomor dua di Korut setelah Kim Jong Un.
Disebutkan Yoo bahwa NIS mengaitkan pemecatan Pak dengan kurangnya persiapan dalam latihan dan kurangnya kepemimpinan. “Kim telah mengganti kepemimpinan militer sekaligus, dan itu pada akhirnya dimaksudkan untuk memperkuat cengkeramannya atas militer,” sebut Yoo.