redaksiutama.com – Otoritas Suriah menemukan 100 mayat dari sebuah kapal migran asal Lebanon yang tenggelam di perairan Suriah, pekan lalu. Insiden ini tercatat sebagai salah satu insiden kapal tenggelam yang paling mematikan di perairan Mediterania.
Seperti dilansir AFP, Selasa (27/9/2022), beberapa jenazah pertama ditemukan pada Kamis (22/9) pekan lalu dan hanya sekitar 20 orang yang berhasil diselamatkan, dari total sebanyak 150 penumpang di dalam kapal tersebut.
“Jumlah korban kapal Lebanon telah mencapai 100 orang sejauh ini, setelah satu jenazah lainnya ditemukan di lautan,” demikian pernyataan kepala pelabuhan Suriah Samer Kbrasli, seperti dikutip kantor berita Suriah, SANA.
Dilaporkan oleh SANA bahwa semua korban selamat telah dipulangkan dari rumah sakit.
Hampir tiga tahun dilanda krisis ekonomi yang mendalam, Lebanon berubah menjadi peluncuran bagi para migran, dengan warga negaranya sendiri bergabung bersama pengungsi Rusia dan Palestina yang putus asa untuk melarikan diri dari kemiskinan melalui jalur pelayaran berbahaya.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam pernyataannya menyebut orang-orang yang menumpang kapal migran yang berlayar dari kota miskin Tripoli di Lebanon itu kebanyakan warga negara Lebanon, Suriah dan Palestina. Terdapat juga anak-anak dan warga lanjut usia dalam kapal itu.
Lebanon menampung lebih dari satu juta pengungsi perang sipil Suriah, dan terperosok dalam krisis keuangan dan ekonomi, yang disebut oleh Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk pada era modern.
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, menggambarkan insiden kapal migran yang tenggelam itu sebagai ‘tragedi yang menyayat hati’.
Sejak tahun 2020, Lebanon dilanda lonjakan jumlah migran yang berupaya melakukan pelayaran berbahaya dengan kapal-kapal yang penuh sesak untuk mencapai Eropa.
Badan anak PBB atau UNICEF menyebut sedikitnya 10 anak masuk dalam daftar ‘mereka yang kehilangan nyawanya’ dalam insiden itu. “Ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi selama bertahun-tahun di Lebanon telah mendorong banyak anak dan keluarga ke dalam kemiskinan,” sebut UNICEF.