redaksiutama.com – Pemain tim nasional kriket Malaysia , Harinder Sekhon, mengaku dikeluarkan dari grup WhatsApp secara tidak adil karena absen latihan, padahal dia sedang ada pekerjaan lain.
Harinder di akun Facebook-nya menulis, dia ditendang dari grup WhatsApp tim tanpa penjelasan oleh pelatihnya.
“Bagaimana bisa pelatih tim kriket nasional mendepak saya karena tidak bisa datang ke latihan besok karena bentrok dengan pekerjaan saya?”
“Tidak ada solusi yang tepat dengan manajemen. Tidak ada pertolongan. Bahkan tidak ada percakapan dengan saya. Bayangkan membuka WhatsApp Anda dan melihat Anda sudah dikeluarkan!” keluhnya dikutip dari (29/9/2022).
Harinder bekerja ganda sebagai guru penuh waktu dan pemain kriket nasional. Ia memegang Guinness World Records untuk lompat berdiri satu kaki tertinggi 1,384 meter.
“Saya bekerja ganda (guru penuh waktu) dan bermain kriket, serta saya sedang dalam proses memecahkan rekor dunia lompat lainnya. Dalam beberapa menit setelah menyatakan tidak bisa hadir untuk sesi latihan besok, saya dikeluarkan oleh pelatih.”
“Saya mengirim pesan pribadi kepadanya sebelum ini untuk memberitahu dia tentang situasi sulit saya dengan pekerjaan dan keluarga saat ini. Dia berkata dia melihat sekilas pesan saya, memasukkan saya kembali ke grup, dan tidak memberikan alasan jelas untuk mengeluarkan saya, lalu dia mendepak saya lagi,” lanjutnya.
Ia menambahkan, rekan satu timnya yang juga membagi waktu dengan pekerjaan dan studi tidak pernah dikeluarkan ketika tidak bisa latihan.
Harinder lalu mengusulkan berbagai solusi atas absennya dia dari latihan.
“Ada banyak solusi: sesi malam, mengizinkan saya datang terlambat atau sesi satu lawan satu kapan pun. Saya tidak yakin mengapa ini sepertinya solusi yang tepat untuknya. Saya tidak pernah mengatakan saya pensiun atau istirahat dari kriket. Apakah pelatih memiliki wewenang tunggal untuk mengeluarkan pemain?”
“Saya benar-benar kecewa dan bosan dengan sistem ini. Saya sudah berkorban begitu banyak untuk mencapai apa yang saya miliki sejauh ini untuk negara saya dan sebagai imbalannya, tidak ada rasa hormat dan komunikasi. Ada banyak masalah yang ditutupi,” tambahnya.
Masalah yang terkuak salah satunya adalah dugaan pilih kasih
“Tidak memberi pemain peluang yang adil dalam pertandingan seleksi, sehingga yang ‘favorit’ bisa mendapatkan peluang lebih baik dan dipilih. Dua hingga tiga bulan yang lalu, sebelum tur ke Kanada, dari lima pertandingan seleksi saya tersedia untuk tiga, dan di ketiganya saya tidak diberi kesempatan memukul.”
“Masih belum ada alasan yang diberikan tentang ini, sampai hari ini. Pelatih mengatakan dia akan bertemu dan berbicara dengan saya setelah turnamen tetapi tidak ada yang terjadi, ”jelas Harinder.
Berbicara kepada World of Buzz, Harinder mengungkapkan bahwa penyelidikan internal sedang berlangsung mengenai masalah ini sebagaimana dikonfirmasi oleh presiden Asosiasi Kriket Malaysia (MCA).