redaksiutama.com – Ledakan kasus Covid-19 di China saat ini, membuat masyarakat dunia khawatir. Empat negara akan menerapkan pengujian air limbah pesawat yang berasal dari China , di antaranya Belgia, Kanada, Austria, dan Australia.
Pengujian air limbah tersebut dilakukan untuk mendeteksi penumpang yang mengidap Covid-19 . Caranya, air limbah akan dikumpulkan setelah pesawat yang membawa penumpang asal China mendarat.
Kemudian, air limbah tersebut akan dikirimkan ke laboratorium untuk diuji. Pengujian itu akan menghasilkan genom sesuai urutan hingga diketahui subvarian Covid-19 .
Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) disebut-sebut juga akan menerapkan kebijakan tersebut.
Pakar kesehatan asal Swiss, Antoine Flahault, mengungkapkan dampak positif dari hasil pengujian itu. “Sampel-sampel (pengujian air limbah pesawat ) ini memberikan gambaran tentang apa yang saat ini terjadi di China ,” ujar Antoine Flahault dikutip Pikiran-rakyat.com NDTV.
“Ini bisa menjadi sangat penting di tengah isu minimnya transparansi informasi kesehatan dari pemerintah China ,” ujarnya menambahkan penjelasan.
Beberapa negara seperti Prancis, Italia, Inggris, Amerika Serikat (AS), Jepang, Taiwan, dan Australia, mewajibkan penumpang asal China menunjukkan tes negatif Covid-19 . Kebijakan itu memicu kemarahan dari warga Beijing.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kecewa dengan sikap China yang belum melaporkan data terpercaya dari lonjakan kasus Covid-19 saat ini. WHO juga mempermasalahkan cara pemerintah China dalam mendefiniskan data kematian akibat Covid-19 .
China hanya mencatat 22 kematian akibat Covid-19 sejak awal Desember 2022 lalu. WHO menganggap data itu tidak mewakili kondisi sebenarnya di Negeri Tirai Bambu itu.
“Kami masih belum memiliki data lengkap,” ujar direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan.
“Kami percaya bahwa angka saat ini yang diterbitkan dari China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit tersebut, dan khususnya dalam hal kematian,” ujarnya lagi.***