Bisa-bisanya Wihara Thailand Kosong Buntut Para Biksu Dites Narkoba

redaksiutama.com – Wihara kecil di Thailand kosong melompong tanpa para biksu di dalamnya. Pejabat setempat mengatakan bahwa para para biksu itu terjaring tes narkoba.

Dilansir BBC Indonesia, Rabu (30/11/2022), pejabat setempat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 4 biksu, termasuk kepala biara, dinyatakan positif menggunakan metamfetamin – zat yang terkandung dalam narkotika jenis sabu. Kuil yang mereka tempati ini berada di Provinsi Phetchabun, bagian utara Thailand .

Pejabat bernama Boonlert Thintapthai mengatakan, para biksu kemudian dikirim ke fasilitas kesehatan. Di sana, mereka akan menjalani rehabilitasi narkoba.

Tes massal narkotika dilakukan di tengah kampanye nasional untuk memberantas perdagangan narkotika. Tes narkoba juga dilakukan kepada para biksu.

Para biksu dilaporkan dikeluarkan dari wihara setelah kepolisian melakukan tes urine pada Senin (28/11). Pihak berwenang tidak menjelaskan rincian kenapa wihara tersebut menjadi sasaran polisi.

Thintapthai mengatakan kepada AFP bahwa kuil telah kosong. Para biksu, kata dia, tidak ada di sana.

“Kuil sekarang sudah kosong karena tak ada lagi biksunya dan penduduk desa terdekat khawatir tak bisa berderma,” katanya.

Derma adalah praktik penting dalam ajaran Buddha. Dalam praktik ini, umat akan mendapatkan kekuatan perlindungan melalui perbuatan baik – termasuk memberikan makanan kepada para biksu.

Namun demikian, Thintapthai mengatakan bahwa pemerintah daerah telah meminta bantuan kepada kepala biara di kawasan itu. Mereka berjanji untuk untuk menugaskan beberapa biksu baru ke wihara di distrik Bung Sam Phan.

Baca selengkapnya pada halaman berikut.

Sabu menjadi masalah besar di Thailand dalam beberapa tahun terakhir. Penyitaan narkotika tersebut mencapai rekor tertinggi pada 2021, menurut lembaga PBB yang menangani narkotika dan kriminalitas (UNODC).

Thailand merupakan titik transit utama untuk peredaran sabu. Narkotika ini membanjiri Thailand dari Myanmar – negara produsen terbesar sabu – melalui Laos.

Metamfetamin dalam bentuk pil tersebut kemudian dijual di jalan-jalan dengan harga sekitar 50 Baht atau setara Rp 22.000.

PM Thailand, Prayuth Chan-ocha, pada bulan lalu mendeklarasikan perang terhadap obat-obatan terlarang setelah kasus petugas kepolisian yang dipecat dari kesatuannya karena penggunaan metamfetamin.

Eks anggota polisi ini juga yang melakukan pembantaian di sebuah PAUD yang menewaskan 37 anak.

error: Content is protected !!