redaksiutama.com – Di antaranya para filsuf berpengaruh di dunia, Erich Fromm menjadi salah satunya.
Pria asal Jerman ini merupakan seorang filsuf humanis yang terpengaruh dari aliran filsafat eksistensialisme.
Selain itu, Erich Fromm juga dikenal berkat kata-kata bijak soal cinta, terutama dalam bukunya yang berjudul Seni Mencintai.
Pria bernama lengkap Erich Pinchas Fromm ini lahir di Franfrut am Main, Jerman pada 23 Maret 1900. Dia merupakan anak tunggal.
Ayahnya Napoli Fromm, seorang Yahudi Ortodoks dan pedagang anggur. Sementara ibunya adalah sosok yang energik tapi depresif.
Kondisi kedua orangtuanya membuat Erich Fromm mengalami masa kecil yang tidak menyenangkan dan tidak bahagia.
PendidikanDengan latar belakang agama Yahudi Ortodoks, nilai-nilai kerohanian sang psikoanalitik ini telah terbentuk sejak kecil.Ia sangat tertarik dengan kisah dalam Kitab Suci seperti Adam, Hawam dan lainnya. Sehingga dari latarbelakang tersebut ia menjalankan pendidikannya untuk menjadi seorang sarjana Talmud (sekolah yang mendalami Kitab suci).Pada tahun 1916, tepatnya saat usia 16 tahun, Erich Fromm meninggalkan yudaisme yang dianut oleh keluarganya, sehingga impian menjadi seorang Rabi pun terhenti.Ia pun memilih untuk menjalankan Pendidikan di studi ilmu hukum, Universität Heidelberg Frankfurt, tan 1918.Mengingat kilas balik kejadian Perang Dunia I yang dirasakan oleh Erich Fromm , ia merasa bahwa kehancuran yang terjadi membuat masyarakat harus diciptakan dan dihidupkan kembali berdasarkan hukum.Sehingga, ia melanjutkan Pendidikan bidang psikoanalisis dan mencapai gelar doktor pada tahun 1922 dengan berguru pada penganut paham Sigmund Freud ternama, seperti Hans Sachs dan Theodor Reik.Erich Fromm mempelajari banyak hal seperti psikologi, filsafat, terutama ilmu sosiologi ketika berada di Universitas Heidelberg, untuk mempelajari tentang masyarakat.Tahun 1933, Erich Fromm meninggalkan tanah kelahirannya untuk melanjutkan pendidikannya di berbagai universitas seperti, Universitas Bennington, Universitas Columbia dan sebuah Institut Penelitian Sosial New York.Di tahun 1945-1947, sang psikoanalisis menjabat sebagai Guru Besar Psikologi di Universitas Michigan, Universitas Yale, Universitas Meksiko dan Universitas New York.Meskipun begitu, ia minat untuk mempelajari beberapa ilmu lainnya seperti politik, hukum, ekonomi dan agama.Tingginya minat terhadap persoalan manusiawi (humanisme) mengantarkan Erich menjadi seorang filsuf humanis, sosial dan psikolog, serta ditambahkan lagi pencinta kehidupan manusia, penyair dan peramal.Perjalanan Karier Erich Fromm Pada 1925, dia mengawali kariernya dengan mengikuti Sigmund Freud, untuk menjalani praktek di bidang psikoanalisis.Namun ia mulai berbeda pendapat dengan Fraud, sehingga ia mengabaikan pengaruh-pengaruh sosial ekonomi pikiran manusia.Tahun 1933, Erich Fromm melakukan prakteknya di New York ketika ia menjabat sebagai rektor di Institut Psikoanalisis Chicago, Amerika Serikat. Disamping itu, ia mengajar di Universitas Columbia dan Institute Research dan menjadi guru besar di Universitas Yale.Selain itu ia mendirikan Psikoanalisis di Universitas Mexico. Disitu ia bertemu dengan pemikir pelarian termasuk dengan Karen Horney yang menjadi kekasih gelapnya.Bersama para pemikir itu, akhirnya ia mendirikan William Alanson White of Psychiatry, Psychoanalysis and Psychology. Analisis ini dilanjutkan oleh Dr. W. Wittenberg di Munchen, K. Launder di Frankfurt dan oleh H. Sachs di Lembaga Psikoanalisis di Berlin pada tahun 1929.Pada tahun 1946-1950, Erich mendirikan Lembaga sendiri, William Alanson White of Psychiatry, Psychoanalysis and Psychology dan ia sendiri menjadi pemimpinnya.Pada bulan Agustus 1957, Erich Fromm menyelenggarakan simposium di kota Cuernavaca, dengan harapan terciptanya dialog kreatif antara para pakar psikoanalisis dengan sang Buddhis Zen.Setelah melepaskan jabatannya ia tetap menjadi dosen psikoanalisis di di Universitas Meksiko. Tahun 1968.Karya-Karya Erich Fromm Selama perjalanan hidupnya dalam mendalami ilmu psikologi, ia banyak menuangkan pikirannya di beberapa karyanya seperti :Escape from Freedom (1936- 1940), Man for Himself (1947), Psychoanalysis and Religion (1950), The Sane Society (1955), The Art of Loving (1956), Sigmund Freud’s Mission. An Analysis of His Personality and Influence (1959), Marx’s Concept of Man (1961), Beyond The Chains of Illusions: My Encounter with Marx and Freud (1962).Man, Beyond the Chains of Illusion (1956), The Art of Loving (1956) Zen Budhisme and Psychoanalysis (1960),The Heart of Man. Its Genius for Good and Evil (1964), You Shall be as Gods. A Radical Interpretation of the Old Testament and Its Tradition(1966), Revolution of Hope: Toward a Humanized Technology (1968).The Dogma of Christ (1970), The Crisis of Psychoanalysis (1970), The Anatomy of Human Destructiveness (1973), To Have or To Be (1976), Greatness and Limitations of Freud’s Thought (1979), Arbeiter und Angestellte am Vorabend de Dritten Reiches: Eine Sozialpsychologische Untersuchung (1980),On Disobidience and Other Essay (1981), Uber die Liebe zum Leben (1983), Steps into Being: An Unpublished Chapter of To Have or To Be (1988), Vom Haben zum Sein: Wage und Irrwege der Selbsterfahrung (1989), Ethic und Politik: Antworten auf Aktuelle Politische Fragen (1990), Die Pathologie der Normaliat (1991) dan The Art of Being (1993).Akhir Hidup Erich Fromm Pada dasawarsa terakhir hidupnya, Erich Fromm serta istrinya tinggal di Cuernavasa, Meksiko. Lalu pada tahun 1774, ia pindah ke Muralto, Swiss.Lima hari setelah ulang tahun atau lebih tepatnya pada tanggal 18 Maret 1980, Erich Fromm menghembuskan nafas terakhir di rumah kediamannya. (Shinta Aprilianty)***